Healthy REEFs abundant FISH

Generate Your Own Glitter Graphics @ GlitterYourWay.com - Image hosted by ImageShack.us

Selasa, Maret 31, 2009

COREMAP II - Andre luncurkan ALBUM KOMPILASI TERUMBU KARANG

melalui ajang lomba cipta lagu terumbu karang yang telah diadakan pada penghujung tahun 2008, COREMAP II (coral reef rehabilitation and management program phase ii) telah memperoleh 10 judul lagu yang dikompilasi dalam sebuah album.

menggandeng musisi Andre hehanusa dan tim, album kompilasi tersebut digarap dan pada acara pameran di JCC tanggal 28 Maret 2009, album yang bertajuk IT'S UMBU TIME tersebut resmi diluncurkan.

album ini, merupakan salah satu upaya sosialisasi guna menggugah kesadaran masyarakat dalam konservasi terumbu karang.

Berikut petikan press conference:

Peduli kelestarian lingkungan khususnya ekosistem laut, Andre Hehanussa pun meluncurkan album TERUMBU KARANG. Baginya, album ini sebagai public awareness sebagai ajang kampanye konferensi laut. Ia juga berharap Departemen Kelautan bisa lebih berkonsentrasi melestarikan terumbu karang karena ada kehidupan juga di sana.

"Saya sebagai Duta Kelautan, khususnya karang, ingin menyampaikan product knowledge ini kepada masyarakat, khususnya pada para pencipta lagu untuk bisa mengarahkan, menarik simpati, dan care terhadap alam," tutur Andre kala launching album di JHCC, Senayan, Jakarta Selatan, Sabtu (28/3).

Di album ini, bukan semua ciptaan Andre sendiri. Melalui Lomba Cipta Lagu Terumbu Karang, didapat beberapa lagu yang akhirnya ditambah oleh pelantun Aku Masih Cinta ini bersama penyanyi lainnya.

"Untuk lagu di album ini, satu sampai lima itu dilombakan. Dari 200 penciptanya, yang kami pilih 10 untuk masuk ke dalam kategori yang bisa di-publish. Sementara sisanya saya dan teman-teman pencipta lagu lainnya, seperti Dewi Gita, untuk menarik perhatian publik," kata kelahiran 24 Juli 1974 ini.

Ia berharap, semoga lagu-lagu tersebut bisa menjadi inspirasi bagi para perusak terumbu karang agar berhenti merusak laut. Jika ada perusahaan yang membuang limbah ke pantai, mereka diharapkan bisa menyelamatkan lokasi anak pantai tersebut.

Bicara soal laut, ketertarikan Andre dengan laut memang beralasan. Sejak kecil musisi kelahiran Makassar ini memang hidup dekat dengan pantai Losari. Itulah mengapa ia suka bergaul dengan laut dan mengagumi ekosistem tanah air yang sudah diakui di seluruh dunia.

"Di dunia internasional, laut Indonesia itu dianggap sebagai ekosistem laut terbesar. Nah, langkah salahnya kita jika dunia mengakui sebagai ekosistem terindah, tapi kita sendiri tak sadar. Akhirnya datang ke sini orang asing dan akhirnya kita menjadi budak di negeri sendiri," terangnya. (kpl/buj/boo)

Rabu, Februari 11, 2009

Pedoman Teknis Penyiapan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan di Daerah

Sebagai suatu skema baru dalam upaya konservasi sumberdaya ikan, pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan (KKP) membutuhkan berbagai perangkat agar dapat berjalan secara optimal sesuai dengan tujuan pembentukannya. Perangkat tersebut, antara lain rencana pengelolaan yang didalamnya memuat rencana zonasi KKP, unit organisasi pengelola atau kelembagaan KKP, jejaring KKP, pengembangan pendanaan, dan lain sebagainya. Terkait dengan kelembagaan KKP, keberadaan sebuah lembaga yang handal sangat penting dalam menunjang keberhasilan pengelolaan KKP. Belajar dari pengalaman dalam sejarah pengelolaan kawasan konservasi di Indonesia, kelembagaan yang dijalankan secara profesional serta dapat mengakomodasi kepentingan para pemangku kepentingan diharapkan dapat lebih menunjang keberhasilan pengelolaan kawasan konservasi sebagaimana diharapkan dalam tujuan pembentukannya.

Sesuai dengan PP Nomor 60 tahun 2007 tentang Konservasi Sumberdaya Ikan (Pasal 15), bahwa kawasan konservasi perairan yang telah ditetapkan dikelola oleh pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya, selanjutnya pengelolaan kawasan konservasi perairan dilakukan oleh organisasi pengelola sesuai dengan peraturan perundangan. Sebagai acuan dalam pelaksanaannya, Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut menyusun buku Pedoman Teknis Penyiapan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan di Daerah, yang diharapkan dapat dijadikan salah satu acuan teknis dalam pengembangan kelembagaan kawasan konservasi perairan guna menunjang pengelolaan KKP yang efektif dan berkelanjutan.

BUKU PEDOMAN SELENGKAPNYA SILAHKAN KLIK DISINI

Senin, Februari 09, 2009

BEASISWA BANTUAN PENULISAN TESIS/DISERTASI

Coral Reef Rehabilitation Management Program phase II (COREMAP) , merupakan program yang
diinisiasi oleh multi donor (GEF, World Bank, dan ADB ) bersama Pemerintah Indonesia, bertujuan
untuk merehabilitasi kondisi terumbu karang Indonesia dan menyusun format pengelolaan
ekosisistem terumbu karang nasional yang implementatif dan berkelanjutan. Salah satu programnya
adalah Program Mitra Bahari (PMB) yaitu program pengembangan kemitraan antara Departemen
Kelautan dan Perikanan dengan Perguruan Tinggi dan berbagai pihak dalam rangka mengakselerasi
pembangunan kelautan dan perikanan dalam bentuk peningkatan kapasitas kelembagaan dan
sumberdaya manusia kelautan di daerah, alih teknologi dan pengetahuan dan menyuluhkannya kepada
kelompok masyarakat pesisir menuju revolusi biru sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi pesisir.
Untuk Tahun Anggaran 2009 , PMB-COREMAP II menyediakan beasiswa bantuan penulisan
tesis/disertasi yang topik utama penelitiannya mengenai terumbu karang dan ekosistem terkait
lainnya. Calon penerima diprioritaskan (tapi tidak terbatas) bagi mereka yang melakukan penelitian
di wilayah COREMAP II-WB atau berafiliasi dengan lembaga/instansi di wilayah tersebut. Untuk
bantuan penulisan tesis, diberikan kepada 50 tesis terpilih dengan besaran beasiswa sebesar Rp
7.500.000,-/ tesis, sedangkan bantuan penulisan disertasi adalah 35 disertasi terpilih dengan besaran
beasiswa sebesar Rp 9.500.000,-/ disertasi.
PERSYARATAN :
Mengisi formulir pendaftaran dengan:
(1) Melampirkan foto copy Kartu Tanda Penduduk, Kartu Pegawai (PNS/Swasta) dan foto diri 4X6
cm
(2) Melampirkan foto copy transkrip dan Ijasah S1 (bagi program S2) dan ijasah S2 ( bagi
program S3) yang dilegalisir oleh Universitas, dengan IPK minimum 2,75 untuk S2 dan 3,5
untuk S3 (dalam skala 4,0).
(3) Melampirkan transkrip nilai S2 dan S3 minimum pada 2 (dua) semester untuk S2, dan 4
(empat) semester untuk S3 yang ditandatangani oleh Pimpinan Fakultas Pascasarjana ( nama,
tandatangan dan stempel)
(4) Melampirkan surat Rekomendasi dari dua orang Komisi Pembimbing dan Ketua Program
Studi.
(5) Melampirkan Proposal Penelitian yang halaman/lembar pengesahannya telah ditandatangani
oleh Komisi Pembimbing , Ketua Program Studi dan Pimpinan Pasca Sarjana (tanda tangan ,
nama, tanggal dan cap stempel).
(6) Melampirkan Surat pernyataan tidak mendapatkan beasiswa serupa (bantuan penulisan
tesis/disertasi) dari sumber lain yang ditandatangani diatas meterai Rp 6000,- oleh pengusul,
dan diketahui oleh ketua Program Studi (nama, tandatangan dan stempel Program Studi)
(7) Topik penelitiannya relevan dengan upaya pengelolaan dan rehabilitasi terumbu karang dan
ekosistem terkait lainnya.
(8) Bersedia menandatangani kesediaan untuk mendukung misi program COREMAP II sesuai
dengan kapasitas masing-masing setelah beasiswa berakhir diatas meterai Rp 6.000,- dan
apabila memungkinkan akan ditempatkan di lokasi COREMAP II selama minimum 3 (tiga)
bulan.
(9) Melampirkan surat rekomendasi dari ketua Konsorsium Mitra Bahari SULSEL (UNHAS),
SULTRA (UNHALU), NTT (UNDANA), Papua Barat (UNIPA) dan Papua (UNCEN).
Bilamana pengusul bukan berasal dari wilayah COREMAP II_WB (Sulsel, Sultra, NTT, Papua
dan Papua Barat), maka pengusul harus tetap melampirkan surat rekomendasi dari Konsorsium
Mitra Bahari wilayah masing-masing.
PROSEDUR PENDAFTARAN :
(1) Setiap pengusul hanya boleh memasukkan satu formulir pendaftaran. Formulir pendaftaran bisa
diakses di :
www.coremap.or.id
(2) Setiap formulir pendaftaran yang dikirim harus disertai dengan dokumen pendukung;
kekurangan dokumen pendukung pada saat pengiriman tidak akan diproses lebih lanjut atau
langsung dinyatakan gugur.
(3) Setiap formulir pendaftaran harus disertai pas photo diri , dengan background berwarna biru.
(4) Formulir Pendaftaran dan seluruh dokumen pendukung harus sudah diterima panitia
selambatnya: 30 Juni 2009. Melewati tanggal itu dokumen pendukung tidak akan diproses
lebih lanjut atau langsung dinyatakan gugur. Bagi pengusul yang sudah dinyatakan LULUS
oleh universitasnya sebelum tanggal 30 Juni 2009 maka akan dinyatakan gugur dan panitia
tidak akan memproses lebih lanjut.
(5) Seleksi akan dilakukan dalam 2 (dua) tahap, yaitu seleksi administrasi/verifikasi data dan
seleksi proposal oleh tim akhli Program Mitra Bahari-COREMAP
(6) Seleksi administrasi/verifikasi akan dilakukan mulai tanggal 1-30 Juli 2009. Bagi yang tidak
lulus dalam seleksi administrasi, proposal penelitiannya tidak akan diseleksi lebih lanjut.
Seleksi proposal akan dilakukan pada tanggal 31 Juli 2009.
(7) Bagi yang lulus seleksi , nama-nama calon penerima beasiswa akan diusulkan untuk disahkan
dengan Surat Keputusan Dirjen KP3K, dan akan diumumkan pada website :
www.coremap.or.id
(8) Penerima beasiswa wajib menyerahkan 1 buah copy asli tesis/disertasi dan soft copynya setelah
dinyatakan lulus oleh Universitas tempat belajar.
(9) Panitia tidak akan melayani pertanyaan melalui telpon atau sms. Untuk informasi lebih lanjut
hubungi panitia di spp.coremap2@gmail.com,
(10) Formulir pendaftaran dan seluruh dokumen pendukung diserahkan ke :
SEKRETARIAT MITRA BAHARI – COREMAP II
Jalan Tebet Raya 67 C
Jakarta 12820

formulir silahkan click disini

Kamis, Februari 05, 2009

Multiple Uses Planned for New Marine Reserve

http://www.thejakartaglobe.com/news/national/article/8191.html
Fidelis E. Satriastanti


Multiple Uses Planned for New Marine Reserve


The Ministry of Maritime Affairs and Fisheries on Sunday sought to allay fears that its proposed marine conservation area in the Savu Sea, to be the largest in the country, would lock the door on locals who depend on the rich waters for their livelihoods.

“We need to point out to local governments and fishermen that conservation does not necessarily mean it is totally off limits for them,” said Agus Dermawan, the director of conservation and
national marine parks at the
ministry.

He said a zoning system would classify some areas in the marine park to be set aside purely for conservation purposes and others for research, tourism and commercial fishing.

The proposed Savu Sea Marine Conservation Area, to cover a total of almost five million hectares, lies amid the Indonesian islands of Sumba, Savu, Rote, Timor, Alor, Pantar and Lembata. It is expected to gain status as a national marine conservation area during the World Ocean Conference in Manado, South Sulawesi Province, in May.

The area is the main migration corridor for 14 whales, including two endangered species, the blue whale and sperm whale.

Hirmen Sofyanto, The Nature Conservancy’s team leader for the project, said the reserve's establishment would also help maintain Indonesia’s political jurisdiction, as its waters lie between East Timor and Australia.

“There are an average of 59 international vessels traveling through the area almost every day, so it also faces possible contamination,” Hirmen said.

The country has a number of smaller marine conservation areas, many encompassing just one district, as in the cases of Nusa Penida in Bali Province, Raja Ampat in West Papua Province and Berau in East Kalimantan Province, Hirmen said.

In contrast, he said the Savu area “is going to be the country’s largest marine conservation area with around 14 districts involved.”

The Savu Sea is also a part of a commitment to set aside 10 million hectares for marine conservation by next year.

“In 2005, at the Convention on Biological Diversity in Brazil, SBY gave his commitment that Indonesia would reach 10 million hectares of marine areas in 2010,” Agus said.

The ministry currently manages 3.7 million hectares of marine conservation areas, while the Forestry Ministry still manages 5.5 million hectares of marine areas that fell under its jurisdiction before the Ministry or Maritime Affairs and Fisheries was formed in 1999.

“This will give us a total of more than 14 million hectares, well over the target,” Agus said.

Kamis, Januari 22, 2009

Kawasan Konservasi Perairan (memahami makna untuk mengelola)

Apakah Kawasan Konservasi Perairan itu?

Kawasan Konservasi Perairan (KKP) adalah kawasan perairan yang dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan.

Kawasan konservasi perairan merupakan bagian dari upaya pengelolaan atau konservasi
ekosistem. Berdasarkan tipe ekosistem yang dimiliki, kawasan konservasi perairan dapat meliputi: kawasan konservasi perairan tawar, perairan payau atau perairan laut. Kawasan konservasi perairan laut dikenal sebagai KKL. KKL yang pengelolaannya dilaksanakan oleh pemerintah daerah disebut Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD).

Konservasi ekosistem adalah upaya melindungi, melestarikan, dan memanfaatkan fungsi ekosistem sebagai habitat penyangga kehidupan sumber daya ikan pada waktu sekarang dan yang akan datang.

lebih lanjut mengenai KKP, silahkan klik disini untuk memperoleh brosur/leaflet

Status of Coral Reefs of the World: 2008

http://www.icriforum.org/gcrmn/gcrmn2008.html

This Status of Coral Reefs of the World: 2008 report is the 5th global report since the GCRMN (Global Coral Reef Monitoring Network), was formed in 1996 as an operational network of the International Coral Reef Initiative (ICRI). The catalyst for GCRMN was the inability of international agencies to report objectively on the health or otherwise of the world’s coral reefs. The US government then provided initial funding to set up a global network of coral reef workers to facilitate reporting on reef status; and has continued to be the major supporter of GCRMN and ICRI since the first strategies and action plans were developed in 1995. Each report (1998, 2000, 2002 and 2004) has aimed to present the current status of the world’s coral reefs, the threats to the reefs, and the initiatives being undertaken under the umbrella of ICRI to arrest the decline in the world’s coral reefs. These reports have been produced using the data and information from many coral reef experts around the world. For example 372 experts from 96 countries have contributed to this Status report. Many regional, national and local organisations, governmental, academic, NGO and volunteers have supported the functions of GCRMN. The united goal is to inform the global community on the status of coral reefs, the threats to them and, importantly, to list recommendations to improve coral reef conservation. There is widespread recognition that action is needed urgently, not only to conserve the enormous biodiversity on coral reefs, but also to assist local user communities to improve their livelihoods by ensuring the sustainable use of the reefs.

Full Report (20 MB) and others ... please click here

Senin, Januari 19, 2009

Seperlima Terumbu Karang Dunia Mati

http://www.gatra.com/artikel.php?id=120990
Dampak Rumah Kaca
Seperlima Terumbu Karang Dunia Mati

Poznan, 11 Desember 2008 13:58
Dunia telah kehilangan hampir 20 persen terumbu karangnya akibat buangan karbondioksida. Demikian laporan yang disiarkan di Poznan, Polandia, Rabu.

Laporan yang disiarkan Global Coral Reef Monitoring Network di Poznan itu, berusaha memberi tekanan atas peserta pembicaraan PBB mengenai iklim di Poznan, Polandia, agar membuat kemajuan dalam memerangi kenaikan temperatur.

"Jika kecenderungan buangan karbon dioksida saat ini berlangsung terus, banyak terumbu karang mungkin akan hilang dalam waktu 20 sampai 40 tahun mendatang, dan ini akan memiliki konsekuensi berbahaya bagi sebanyak 500 juta orang yang bergantung atas terumbu karang untuk memperoleh nafkah mereka," kata laporan tersebut.

"Jika tak ada perubahan, kita akan menyaksikan berlipatnya karbon dioksida di atmosfir dalam waktu kurang dari 50 tahun," kata Carl Gustaf Lundin, pemimpin program kelautan global di International Union for Conservation of Nature, salah satu organisasi di belakang Global Coral Reef Monitoring Network.

"Karena karbon ini diserap, samudra akan menjadi lebih asam, yang secara serius merusak sangat banyak biota laut dari terumbu karang hingga kumpulan plankton dan dari udang besar hingga rumput laut," katanya.

Saat ini, perubahan iklim dipandang sebagai ancaman terbesar bagi terumbu karang. Ancaman utama iklim, seperti naiknya temperatur permukaan air laut dan tingkatan keasaman air laut, bertambah besar oleh ancaman lain termasuk pengkapan ikan secara berlebihan, polusi dan spesies pendatang.

Laporan tersebut, dengan membesarkan hati, menyatakan 45 persen terumbu karang saat ini berada dalam kondisi sehat. Tanda harapan lain ialah kemampuan sebagian terumbu karang untuk pulih setelah peristiwa besar "bleaching" akibat air yang menghangat, dan menyesuaikan diri dengan perubahan iklim.

"Laporan itu merinci konsensus kuat ilmiah bahwa perubahan iklim harus dibatasi pada tingkat minimum absolut," kata Clive Wilkinson, Koordinator Global Coral Reef Monitoring Network.

Laporan tersebut juga menyatakan terumbu karang memiliki peluang lebih tinggi untuk bertahan hidup pada saat perubahan iklim terjadi, jika faktor tekanan lain yang berkaitan dengan kegiatan manusia diperkecil. [TMA, Ant]