tag:blogger.com,1999:blog-43205359023532262392024-03-21T22:10:54.256+07:00Terumbu Karang Sehat Ikan Berlimpah...Memperkuat Kapasitas Kelembagaan, Merehabilitasi dan mengelola ekosistem Terumbu Karang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan...Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11380172211722221728noreply@blogger.comBlogger47125tag:blogger.com,1999:blog-4320535902353226239.post-61343379624239027852009-03-31T17:07:00.002+07:002009-03-31T17:15:18.152+07:00COREMAP II - Andre luncurkan ALBUM KOMPILASI TERUMBU KARANGmelalui ajang lomba cipta lagu terumbu karang yang telah diadakan pada penghujung tahun 2008, COREMAP II (coral reef rehabilitation and management program phase ii) telah memperoleh 10 judul lagu yang dikompilasi dalam sebuah album.<br /><br />menggandeng musisi Andre hehanusa dan tim, album kompilasi tersebut digarap dan pada acara pameran di JCC tanggal 28 Maret 2009, album yang bertajuk IT'S UMBU TIME tersebut resmi diluncurkan.<br /><br />album ini, merupakan salah satu upaya sosialisasi guna menggugah kesadaran masyarakat dalam konservasi terumbu karang.<br /><br />Berikut petikan press conference:<br /><br />Peduli kelestarian lingkungan khususnya ekosistem laut, Andre Hehanussa pun meluncurkan album TERUMBU KARANG. Baginya, album ini sebagai public awareness sebagai ajang kampanye konferensi laut. Ia juga berharap Departemen Kelautan bisa lebih berkonsentrasi melestarikan terumbu karang karena ada kehidupan juga di sana.<br /><br />"Saya sebagai Duta Kelautan, khususnya karang, ingin menyampaikan product knowledge ini kepada masyarakat, khususnya pada para pencipta lagu untuk bisa mengarahkan, menarik simpati, dan care terhadap alam," tutur Andre kala launching album di JHCC, Senayan, Jakarta Selatan, Sabtu (28/3).<br /><br />Di album ini, bukan semua ciptaan Andre sendiri. Melalui Lomba Cipta Lagu Terumbu Karang, didapat beberapa lagu yang akhirnya ditambah oleh pelantun Aku Masih Cinta ini bersama penyanyi lainnya.<br /><br />"Untuk lagu di album ini, satu sampai lima itu dilombakan. Dari 200 penciptanya, yang kami pilih 10 untuk masuk ke dalam kategori yang bisa di-publish. Sementara sisanya saya dan teman-teman pencipta lagu lainnya, seperti Dewi Gita, untuk menarik perhatian publik," kata kelahiran 24 Juli 1974 ini.<br /><br />Ia berharap, semoga lagu-lagu tersebut bisa menjadi inspirasi bagi para perusak terumbu karang agar berhenti merusak laut. Jika ada perusahaan yang membuang limbah ke pantai, mereka diharapkan bisa menyelamatkan lokasi anak pantai tersebut.<br /><br />Bicara soal laut, ketertarikan Andre dengan laut memang beralasan. Sejak kecil musisi kelahiran Makassar ini memang hidup dekat dengan pantai Losari. Itulah mengapa ia suka bergaul dengan laut dan mengagumi ekosistem tanah air yang sudah diakui di seluruh dunia.<br /><br />"Di dunia internasional, laut Indonesia itu dianggap sebagai ekosistem laut terbesar. Nah, langkah salahnya kita jika dunia mengakui sebagai ekosistem terindah, tapi kita sendiri tak sadar. Akhirnya datang ke sini orang asing dan akhirnya kita menjadi budak di negeri sendiri," terangnya. (kpl/buj/boo)Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11380172211722221728noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4320535902353226239.post-28371652842654005202009-02-11T12:30:00.001+07:002009-02-11T12:31:43.465+07:00Pedoman Teknis Penyiapan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan di DaerahSebagai suatu skema baru dalam upaya konservasi sumberdaya ikan, pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan (KKP) membutuhkan berbagai perangkat agar dapat berjalan secara optimal sesuai dengan tujuan pembentukannya. Perangkat tersebut, antara lain rencana pengelolaan yang didalamnya memuat rencana zonasi KKP, unit organisasi pengelola atau kelembagaan KKP, jejaring KKP, pengembangan pendanaan, dan lain sebagainya. Terkait dengan kelembagaan KKP, keberadaan sebuah lembaga yang handal sangat penting dalam menunjang keberhasilan pengelolaan KKP. Belajar dari pengalaman dalam sejarah pengelolaan kawasan konservasi di Indonesia, kelembagaan yang dijalankan secara profesional serta dapat mengakomodasi kepentingan para pemangku kepentingan diharapkan dapat lebih menunjang keberhasilan pengelolaan kawasan konservasi sebagaimana diharapkan dalam tujuan pembentukannya.<br /><br />Sesuai dengan PP Nomor 60 tahun 2007 tentang Konservasi Sumberdaya Ikan (Pasal 15), bahwa kawasan konservasi perairan yang telah ditetapkan dikelola oleh pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya, selanjutnya pengelolaan kawasan konservasi perairan dilakukan oleh organisasi pengelola sesuai dengan peraturan perundangan. Sebagai acuan dalam pelaksanaannya, Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut menyusun buku Pedoman Teknis Penyiapan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan di Daerah, yang diharapkan dapat dijadikan salah satu acuan teknis dalam pengembangan kelembagaan kawasan konservasi perairan guna menunjang pengelolaan KKP yang efektif dan berkelanjutan.<br /><br />BUKU PEDOMAN SELENGKAPNYA SILAHKAN <a href="http://surajis.multiply.com/journal/item/57/Pedoman_Teknis_Penyiapan_Kelembagaan_Kawasan_Konservasi_Perairan_di_Daerah">KLIK DISINI</a>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11380172211722221728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4320535902353226239.post-62823431593851248842009-02-09T16:01:00.002+07:002009-02-09T16:08:44.710+07:00BEASISWA BANTUAN PENULISAN TESIS/DISERTASICoral Reef Rehabilitation Management Program phase II (COREMAP) , merupakan program yang<br />diinisiasi oleh multi donor (GEF, World Bank, dan ADB ) bersama Pemerintah Indonesia, bertujuan<br />untuk merehabilitasi kondisi terumbu karang Indonesia dan menyusun format pengelolaan<br />ekosisistem terumbu karang nasional yang implementatif dan berkelanjutan. Salah satu programnya<br />adalah Program Mitra Bahari (PMB) yaitu program pengembangan kemitraan antara Departemen<br />Kelautan dan Perikanan dengan Perguruan Tinggi dan berbagai pihak dalam rangka mengakselerasi<br />pembangunan kelautan dan perikanan dalam bentuk peningkatan kapasitas kelembagaan dan<br />sumberdaya manusia kelautan di daerah, alih teknologi dan pengetahuan dan menyuluhkannya kepada<br />kelompok masyarakat pesisir menuju revolusi biru sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi pesisir.<br />Untuk Tahun Anggaran 2009 , PMB-COREMAP II menyediakan beasiswa bantuan penulisan<br />tesis/disertasi yang topik utama penelitiannya mengenai terumbu karang dan ekosistem terkait<br />lainnya. Calon penerima diprioritaskan (tapi tidak terbatas) bagi mereka yang melakukan penelitian<br />di wilayah COREMAP II-WB atau berafiliasi dengan lembaga/instansi di wilayah tersebut. Untuk<br />bantuan penulisan tesis, diberikan kepada 50 tesis terpilih dengan besaran beasiswa sebesar Rp<br />7.500.000,-/ tesis, sedangkan bantuan penulisan disertasi adalah 35 disertasi terpilih dengan besaran<br />beasiswa sebesar Rp 9.500.000,-/ disertasi.<br />PERSYARATAN :<br />Mengisi formulir pendaftaran dengan:<br />(1) Melampirkan foto copy Kartu Tanda Penduduk, Kartu Pegawai (PNS/Swasta) dan foto diri 4X6<br />cm<br />(2) Melampirkan foto copy transkrip dan Ijasah S1 (bagi program S2) dan ijasah S2 ( bagi<br />program S3) yang dilegalisir oleh Universitas, dengan IPK minimum 2,75 untuk S2 dan 3,5<br />untuk S3 (dalam skala 4,0).<br />(3) Melampirkan transkrip nilai S2 dan S3 minimum pada 2 (dua) semester untuk S2, dan 4<br />(empat) semester untuk S3 yang ditandatangani oleh Pimpinan Fakultas Pascasarjana ( nama,<br />tandatangan dan stempel)<br />(4) Melampirkan surat Rekomendasi dari dua orang Komisi Pembimbing dan Ketua Program<br />Studi.<br />(5) Melampirkan Proposal Penelitian yang halaman/lembar pengesahannya telah ditandatangani<br />oleh Komisi Pembimbing , Ketua Program Studi dan Pimpinan Pasca Sarjana (tanda tangan ,<br />nama, tanggal dan cap stempel).<br />(6) Melampirkan Surat pernyataan tidak mendapatkan beasiswa serupa (bantuan penulisan<br />tesis/disertasi) dari sumber lain yang ditandatangani diatas meterai Rp 6000,- oleh pengusul,<br />dan diketahui oleh ketua Program Studi (nama, tandatangan dan stempel Program Studi)<br />(7) Topik penelitiannya relevan dengan upaya pengelolaan dan rehabilitasi terumbu karang dan<br />ekosistem terkait lainnya.<br />(8) Bersedia menandatangani kesediaan untuk mendukung misi program COREMAP II sesuai<br />dengan kapasitas masing-masing setelah beasiswa berakhir diatas meterai Rp 6.000,- dan<br />apabila memungkinkan akan ditempatkan di lokasi COREMAP II selama minimum 3 (tiga)<br />bulan.<br />(9) Melampirkan surat rekomendasi dari ketua Konsorsium Mitra Bahari SULSEL (UNHAS),<br />SULTRA (UNHALU), NTT (UNDANA), Papua Barat (UNIPA) dan Papua (UNCEN).<br />Bilamana pengusul bukan berasal dari wilayah COREMAP II_WB (Sulsel, Sultra, NTT, Papua<br />dan Papua Barat), maka pengusul harus tetap melampirkan surat rekomendasi dari Konsorsium<br />Mitra Bahari wilayah masing-masing.<br />PROSEDUR PENDAFTARAN :<br />(1) Setiap pengusul hanya boleh memasukkan satu formulir pendaftaran. Formulir pendaftaran bisa<br />diakses di :<br /><a href="http://www.coremap.or.id">www.coremap.or.id</a><br />(2) Setiap formulir pendaftaran yang dikirim harus disertai dengan dokumen pendukung;<br />kekurangan dokumen pendukung pada saat pengiriman tidak akan diproses lebih lanjut atau<br />langsung dinyatakan gugur.<br />(3) Setiap formulir pendaftaran harus disertai pas photo diri , dengan background berwarna biru.<br />(4) Formulir Pendaftaran dan seluruh dokumen pendukung harus sudah diterima panitia<br />selambatnya: 30 Juni 2009. Melewati tanggal itu dokumen pendukung tidak akan diproses<br />lebih lanjut atau langsung dinyatakan gugur. Bagi pengusul yang sudah dinyatakan LULUS<br />oleh universitasnya sebelum tanggal 30 Juni 2009 maka akan dinyatakan gugur dan panitia<br />tidak akan memproses lebih lanjut.<br />(5) Seleksi akan dilakukan dalam 2 (dua) tahap, yaitu seleksi administrasi/verifikasi data dan<br />seleksi proposal oleh tim akhli Program Mitra Bahari-COREMAP<br />(6) Seleksi administrasi/verifikasi akan dilakukan mulai tanggal 1-30 Juli 2009. Bagi yang tidak<br />lulus dalam seleksi administrasi, proposal penelitiannya tidak akan diseleksi lebih lanjut.<br />Seleksi proposal akan dilakukan pada tanggal 31 Juli 2009.<br />(7) Bagi yang lulus seleksi , nama-nama calon penerima beasiswa akan diusulkan untuk disahkan<br />dengan Surat Keputusan Dirjen KP3K, dan akan diumumkan pada website :<br /><a href="http://www.coremap.or.id">www.coremap.or.id</a><br />(8) Penerima beasiswa wajib menyerahkan 1 buah copy asli tesis/disertasi dan soft copynya setelah<br />dinyatakan lulus oleh Universitas tempat belajar.<br />(9) Panitia tidak akan melayani pertanyaan melalui telpon atau sms. Untuk informasi lebih lanjut<br />hubungi panitia di <a href="mailto: spp.coremap2@gmail.com">spp.coremap2@gmail.com</a>,<br />(10) Formulir pendaftaran dan seluruh dokumen pendukung diserahkan ke :<br />SEKRETARIAT MITRA BAHARI – COREMAP II<br />Jalan Tebet Raya 67 C<br />Jakarta 12820<br /><br />formulir silahkan <a href="http://surajis.multiply.com/journal/item/56/Beasiswa_bantuan_Penulisan_Tesis_dan_Disertasi_Mitra_Bahari_COREMAP_II_TA_2009"><strong>click disini</strong></a>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11380172211722221728noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4320535902353226239.post-31832660393253859252009-02-05T14:24:00.000+07:002009-02-05T14:26:19.591+07:00Multiple Uses Planned for New Marine Reserve<a href="http://www.thejakartaglobe.com/news/national/article/8191.html">http://www.thejakartaglobe.com/news/national/article/8191.html</a><br />Fidelis E. Satriastanti <br /><br /><br />Multiple Uses Planned for New Marine Reserve <br /><br /><br />The Ministry of Maritime Affairs and Fisheries on Sunday sought to allay fears that its proposed marine conservation area in the Savu Sea, to be the largest in the country, would lock the door on locals who depend on the rich waters for their livelihoods.<br /><br />“We need to point out to local governments and fishermen that conservation does not necessarily mean it is totally off limits for them,” said Agus Dermawan, the director of conservation and <br />national marine parks at the <br />ministry.<br /><br />He said a zoning system would classify some areas in the marine park to be set aside purely for conservation purposes and others for research, tourism and commercial fishing.<br /><br />The proposed Savu Sea Marine Conservation Area, to cover a total of almost five million hectares, lies amid the Indonesian islands of Sumba, Savu, Rote, Timor, Alor, Pantar and Lembata. It is expected to gain status as a national marine conservation area during the World Ocean Conference in Manado, South Sulawesi Province, in May. <br /><br />The area is the main migration corridor for 14 whales, including two endangered species, the blue whale and sperm whale. <br /><br />Hirmen Sofyanto, The Nature Conservancy’s team leader for the project, said the reserve's establishment would also help maintain Indonesia’s political jurisdiction, as its waters lie between East Timor and Australia.<br /><br />“There are an average of 59 international vessels traveling through the area almost every day, so it also faces possible contamination,” Hirmen said.<br /><br />The country has a number of smaller marine conservation areas, many encompassing just one district, as in the cases of Nusa Penida in Bali Province, Raja Ampat in West Papua Province and Berau in East Kalimantan Province, Hirmen said. <br /><br />In contrast, he said the Savu area “is going to be the country’s largest marine conservation area with around 14 districts involved.”<br /><br />The Savu Sea is also a part of a commitment to set aside 10 million hectares for marine conservation by next year.<br /><br />“In 2005, at the Convention on Biological Diversity in Brazil, SBY gave his commitment that Indonesia would reach 10 million hectares of marine areas in 2010,” Agus said.<br /><br />The ministry currently manages 3.7 million hectares of marine conservation areas, while the Forestry Ministry still manages 5.5 million hectares of marine areas that fell under its jurisdiction before the Ministry or Maritime Affairs and Fisheries was formed in 1999.<br /><br />“This will give us a total of more than 14 million hectares, well over the target,” Agus said.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11380172211722221728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4320535902353226239.post-15873186338943174122009-01-22T12:20:00.001+07:002009-01-22T12:21:56.068+07:00Kawasan Konservasi Perairan (memahami makna untuk mengelola)Apakah Kawasan Konservasi Perairan itu?<br /><br />Kawasan Konservasi Perairan (KKP) adalah kawasan perairan yang dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan.<br /><br />Kawasan konservasi perairan merupakan bagian dari upaya pengelolaan atau konservasi<br />ekosistem. Berdasarkan tipe ekosistem yang dimiliki, kawasan konservasi perairan dapat meliputi: kawasan konservasi perairan tawar, perairan payau atau perairan laut. Kawasan konservasi perairan laut dikenal sebagai KKL. KKL yang pengelolaannya dilaksanakan oleh pemerintah daerah disebut Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD).<br /><br />Konservasi ekosistem adalah upaya melindungi, melestarikan, dan memanfaatkan fungsi ekosistem sebagai habitat penyangga kehidupan sumber daya ikan pada waktu sekarang dan yang akan datang.<br /><br />lebih lanjut mengenai KKP, silahkan <a href="http://surajis.multiply.com/journal/item/50/Kawasan_Konservasi_Perairan_memahami_makna_untuk_mengelola"><strong>klik disini</strong></a> untuk memperoleh brosur/leafletAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/11380172211722221728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4320535902353226239.post-90570267078645341232009-01-22T11:47:00.001+07:002009-01-22T11:48:54.235+07:00Status of Coral Reefs of the World: 2008<a href="http://www.icriforum.org/gcrmn/gcrmn2008.html">http://www.icriforum.org/gcrmn/gcrmn2008.html</a><br /><br />This Status of Coral Reefs of the World: 2008 report is the 5th global report since the GCRMN (Global Coral Reef Monitoring Network), was formed in 1996 as an operational network of the International Coral Reef Initiative (ICRI). The catalyst for GCRMN was the inability of international agencies to report objectively on the health or otherwise of the world’s coral reefs. The US government then provided initial funding to set up a global network of coral reef workers to facilitate reporting on reef status; and has continued to be the major supporter of GCRMN and ICRI since the first strategies and action plans were developed in 1995. Each report (1998, 2000, 2002 and 2004) has aimed to present the current status of the world’s coral reefs, the threats to the reefs, and the initiatives being undertaken under the umbrella of ICRI to arrest the decline in the world’s coral reefs. These reports have been produced using the data and information from many coral reef experts around the world. For example 372 experts from 96 countries have contributed to this Status report. Many regional, national and local organisations, governmental, academic, NGO and volunteers have supported the functions of GCRMN. The united goal is to inform the global community on the status of coral reefs, the threats to them and, importantly, to list recommendations to improve coral reef conservation. There is widespread recognition that action is needed urgently, not only to conserve the enormous biodiversity on coral reefs, but also to assist local user communities to improve their livelihoods by ensuring the sustainable use of the reefs. <br /><br />Full Report (20 MB) and others ... please <strong><a href="http://www.icriforum.org/gcrmn/gcrmn2008.html">click here</a></strong>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11380172211722221728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4320535902353226239.post-67062228038734521442009-01-19T13:03:00.000+07:002009-01-19T13:04:19.526+07:00Seperlima Terumbu Karang Dunia Mati<a href="http://www.gatra.com/artikel.php?id=120990">http://www.gatra.com/artikel.php?id=120990</a><br />Dampak Rumah Kaca<br />Seperlima Terumbu Karang Dunia Mati<br /><br />Poznan, 11 Desember 2008 13:58<br />Dunia telah kehilangan hampir 20 persen terumbu karangnya akibat buangan karbondioksida. Demikian laporan yang disiarkan di Poznan, Polandia, Rabu.<br /><br />Laporan yang disiarkan Global Coral Reef Monitoring Network di Poznan itu, berusaha memberi tekanan atas peserta pembicaraan PBB mengenai iklim di Poznan, Polandia, agar membuat kemajuan dalam memerangi kenaikan temperatur.<br /><br />"Jika kecenderungan buangan karbon dioksida saat ini berlangsung terus, banyak terumbu karang mungkin akan hilang dalam waktu 20 sampai 40 tahun mendatang, dan ini akan memiliki konsekuensi berbahaya bagi sebanyak 500 juta orang yang bergantung atas terumbu karang untuk memperoleh nafkah mereka," kata laporan tersebut.<br /><br />"Jika tak ada perubahan, kita akan menyaksikan berlipatnya karbon dioksida di atmosfir dalam waktu kurang dari 50 tahun," kata Carl Gustaf Lundin, pemimpin program kelautan global di International Union for Conservation of Nature, salah satu organisasi di belakang Global Coral Reef Monitoring Network.<br /><br />"Karena karbon ini diserap, samudra akan menjadi lebih asam, yang secara serius merusak sangat banyak biota laut dari terumbu karang hingga kumpulan plankton dan dari udang besar hingga rumput laut," katanya.<br /><br />Saat ini, perubahan iklim dipandang sebagai ancaman terbesar bagi terumbu karang. Ancaman utama iklim, seperti naiknya temperatur permukaan air laut dan tingkatan keasaman air laut, bertambah besar oleh ancaman lain termasuk pengkapan ikan secara berlebihan, polusi dan spesies pendatang.<br /><br />Laporan tersebut, dengan membesarkan hati, menyatakan 45 persen terumbu karang saat ini berada dalam kondisi sehat. Tanda harapan lain ialah kemampuan sebagian terumbu karang untuk pulih setelah peristiwa besar "bleaching" akibat air yang menghangat, dan menyesuaikan diri dengan perubahan iklim.<br /><br />"Laporan itu merinci konsensus kuat ilmiah bahwa perubahan iklim harus dibatasi pada tingkat minimum absolut," kata Clive Wilkinson, Koordinator Global Coral Reef Monitoring Network.<br /><br />Laporan tersebut juga menyatakan terumbu karang memiliki peluang lebih tinggi untuk bertahan hidup pada saat perubahan iklim terjadi, jika faktor tekanan lain yang berkaitan dengan kegiatan manusia diperkecil. [TMA, Ant]Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11380172211722221728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4320535902353226239.post-43283241188081940302009-01-12T13:48:00.001+07:002009-01-12T13:48:56.075+07:00Tiga Bulan Cuaca Buruk, Nelayan Lampung Merugisumber:<a href="http://republika.co.id/koran/0/25534.html">http://republika.co.id/koran/0/25534.html</a><br />Senin, 12 Januari 2009 pukul 10:06:00<br />Tiga Bulan Cuaca Buruk, Nelayan Lampung Merugi <br /><br /><br />BANDAR LAMPUNG -- Selama tiga bulan terakhir, kondisi hidup nelayan di Lempasing, Lampung, semakin tidak menentu. Cuaca buruk, sejak Oktober tahun lalu hingga kini, membuat nelayan Lempasing yang menjaring ikan di perairan Lampung terus merugi hingga 50 persen dari hasil tangkapan ikan dibandingkan saat cuaca normal.<br /><br />"Sudah tiga bulan ini, kami tidak melaut lagi. Cuaca sangat tidak menentu, nelayan khawatir kalau memaksakan diri melaut," kata Supriyanto (48 tahun), nelayan di Lempasing, kawasan Pusat Pendaratan Ikan (PPI) Lempasing, Bandar Lampung, Sabtu (10/1).<br /><br />Berdasarkan pemantauan di kawasan Teluk Lampung, puluhan kapal nelayan bersandar tidak melaut setiap harinya. Lego jangkar kapal nelayan ini sudah menjadi pemandangan umum warga yang berkunjung ke PPI Lempasing sejak tiga bulan silam. Ratusan nelayan yang tidak lagi melaut terpaksa mencari penghasilan dengan menjadi kuli harian lepas di berbagai bangunan.<br /><br />Menurut Supriyanto, sekali melaut, dirinya dengan anak buah kapal 10 orang menghabiskan biaya operasional berkisar Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta setiap malamnya. Pada hari biasa dengan cuaca normal, ia mampu menangkap ikan dengan pendapatan mencapai Rp 2 juta. "Sekarang, kalau melaut dengan modal Rp 1 juta, kita hanya dapat penghasilan Rp 1 juta juga. Jadi, kami merugi sekitar 50 persen," ungkapnya.<br /><br />Kondisi seperti ini pernah dialami nelayan pada awal tahun 2008 silam. Menurut data di Dinas Kelautan dan Perikanan Lampung, potensi kehilangan pendapatan nelayan di Lampung rata-rata Rp 50 miliar per hari jika mereka tidak melaut. Hitung-hitungan ini didapat dari hasil tangkapan nelayan per hari yang rata-rata 367,94 ton dengan harga rata-rata Rp 20 ribu per kilogram.<br /><br />Dinas tersebut mencatat, produksi tangkapan laut nelayan di Lampung sebesar 134,5 ribu ton per tahun. Ini termasuk tangkapan bagan. Sedangkan, hasil tangkapan perairan umum nonlaut sebesar 11,3 ribu ton per tahun.Nelayan Lempasing dan juga nelayan Ujung Bom, Teluk Betung, mengaku bahwa cuaca buruk kali ini, selain hujan lebat, juga disertai angin kencang. Akibatnya, gelombang laut menjadi tinggi dan dapat mengempaskan kapal nelayan. Kondisi buruk ini sering dialami nelayan di perairan Teluk Lampung, Selat Sunda, Labuhan Maringga, dan Kalianda.<br /><br />Meski masih ada beberapa nelayan yang nekat melaut karena didesak kebutuhan rumah tangga, para nelayan tersebut tidak mau menembus laut lepas. Akibatnya, hasil tangkapan ikan mereka tidak sebanding ketika mereka menangkap ikan di laut lepas. "Paling dapat ikan dua atau tiga ton saja. Padahal, biasanya sampai delapan ton," tutur Supriyanto.<br />Sedikitnya nelayan yang melaut membuat pasokan ikan laut di sejumlah pasar-pasar tradisional di Bandar Lampung menjadi berkurang. Imbasnya, harga ikan pun melambung tinggi. n murAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/11380172211722221728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4320535902353226239.post-16294770269268869012009-01-12T13:47:00.001+07:002009-01-12T13:47:58.012+07:0050% ANGGARAN DKP TAHUN 2009 DI DAERAHsumber: <a href="http://www.dkp.go.id/index.php/ind/news/865/50-anggaran-dkp-tahun-2009-di-daerah">siaran Pers DKP</a><br />No. 05/PDSI/I/2009<br /><br />50% ANGGARAN DKP TAHUN 2009 DI DAERAH<br /><br />Sekarang ini banyak Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang mengalir ke daerah, sehingga perangkat daerah dituntut sungguh-sungguh melaksanakan dan menggunakan anggaran tersebut secara efisien, efektif dan tidak terjadi pemborosan. Sedangkan untuk aparatur pengawasan, diintruksikan untuk melakukan inspeksi yang ketat dan seksama. Demikian diungkapkan Menteri Kelautan dan Perikanan, Freddy Numberi pada acara penyerahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun 2009 di Ruang Mina Bahari I, Gedung Departemen Kelautan dan Perikanan, Jl. Medan Merdeka Timur No.16, Jakarta Pusat (7/1). Dari total anggaran Rp 3,4 triliun, sekitar 50% diperuntukkan bagi kegiatan di daerah.<br /><br />Sesuai dengan amanat Undang-Undang No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara menyebutkan, bahwa tahun anggaran 2009 merupakan awal pelaksanaan Anggaran Berbasis Kinerja secara penuh (full scale). Lebih lanjut Menteri menegaskan kepada eselon I untuk memahami dan mempersiapkan beberapa hal, terkait dengan pelaksanaan kegiatan dan anggaran tahun 2009. Pertama, tahun ini agar dijadikan momentum untuk optimal dalam menyiapkan pelaksanaan lelang pengadaan barang dan jasa, sesuai dengan Peraturan Presiden No.8 Tahun 2006 tentang perubahan keempat atas Keputusan Presiden No.80 Tahun 2003 pasal 9 ayat 6, bahwa pelaksanaan pelelangan dapat dilaksanakan sedini mungkin sebelum DIPA terbit sepanjang tidak melakukan kontrak perjanjian. Dengan demikian maka pelaksanaan tugas dapat langsung operasional tanpa penundaan. Kedua, setiap unit Eselon I dapat menyelesaikan penyajian leporan keuangan secara lebih transparan dan akuntabel, sehingga dapat mengeliminir Disclaimer. Ketiga, dalam pelaksanaan kegiatan dan anggaran, agar lebih memperhatikan unsur kehati-hatian, terutama terkait dengan alokasi belanja modal yang cukup besar. Hal tersebut dapat dilaksanakan melalui pelaksanaan yang cermat dan teliti pada setiap tahap pengadaan. Keempat, para Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), harus lebih menguasai substansi setiap kegiatan yang ada di masing-masing Satuan Kerja (Satker). Kelima, pelaksanaan kegiatan di setiap Satker lebih memperhatikan faktor akuntabilitas dalam melaksanakan fungsi Eselon I, serta lebih berkonsentasi pada outcome.<br /><br />Dalam lingkup Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), telah diserahkan 390 DIPA terdiri dari 56 DIPA untuk Satker Pusat dan 334 DIPA untuk Tugas Perbantuan (TP). Sedangkan penyerahan DIPA Unit Pelaksana Teknis (UPT) dan dekonsentrasi di daerah, dilaksanakan oleh gubernur kepada pejabat UPT dan kepala dinas masing-masing.<br /><br />Untuk realisasi pada tahun anggaran 2008, dari alokasi Rp 3,01 triliun telah terealisasi sebesar Rp 2,29 triliun (75,99%). Untuk tahun anggaran 2009, APBN di DKP adalah sebesar Rp 3,4 triliun, terdiri dari: Anggaran Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp 1,7 triliun, Anggaran Belanja untuk UPT sebesar Rp 815,1 milyar, Tugas Perbantuan sebesar Rp 413,5 milyar dan dekonsentasi sebesar Rp 472 milyar.<br /><br />Sedangkan dari total Anggaran Belanja tersebut dialokasikan pada Belanja Pegawai sebesar Rp 352,4 milyar, Belanja Barang sebesar Rp 1,970 triliun, Belanja Modal sebesar Rp 1,060 triliun, dan bantuan Sosial sebesar Rp 63,5 milyar. Untuk penyusunan RKA-KL (Rencana Kegiatan Anggaran Kementerian Lembaga) dan DIPA tahun 2009 sebagai penjabaran RKP (Rencana Kegiatan Pemerintah) Tahun 2009 dilaksanakan berdasarkan pagu definitif yang ditetapkan berdasarkan UU No.41 Tahun 2008 tentang APBN tahun 2009.<br /><br />Anggaran yang diperoleh DKP tersebut banyak pihak yang menganggap terlalu kecil. Beberapa alasan yang mendasari penilaian tersebut, diantaranya adalah, Pertama, dalam sektor kelautan dan perikanan, banyak aspek yang selama ini tidak tersentuh, misalnya pulau-pulau terpencil, infrastruktur pesisir dan lain-lain. Kedua, proporsi masyarakat miskin, apabila dilihat dari faktor-faktor yang terdapat pada nilai Development Index, kebanyakan pada masyarakat pesisir. Hal ini bisa dimaklumi, karena banyak akses transportasi, fasilitas kesehatan dan pendidikan yang kurang memadai. Ketiga, biaya operasional kegiatan di laut dan pesisir beserta biaya modalnya jauh lebih mahal dari kegiatan yang sama dalam kondisi “lumrah” di darat. Bisa dibayangkan mahalnya biaya transportasi penduduk, dibanding didaerah kepulauan dengan di darat. Begitu pula pengawasan di tengah laut dengan di darat.<br /><br />Oleh karenanya, filosofi pembiayaan pembangunan untuk kelautan dan perikanan hendaknya diutamakan atau diniatkan untuk penguatan guna kesejahteraan masyarakat, penguatan kedaulatan dan kelestarian. Walaupun benefit ekonomi juga bisa kita raih dari outcome hasil sumberdaya perairan.<br /><br />Jakarta, Januari 2009<br /><br />Kepala Pusat Data, Statistik dan Informasi<br /><br />ttd<br /><br />Dr. Soen’an H. Poernomo, M.Ed.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11380172211722221728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4320535902353226239.post-4505835240653484582008-12-30T17:06:00.003+07:002008-12-30T17:12:02.824+07:00Konservasi Kawasan Perairan Indonesia bagi Masa Depan Dunia<a href="http://surajis.multiply.com/journal/item/32/Konservasi_Kawasan_Perairan_Indonesia_bagi_Masa_Depan_Dunia"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2ZqqqRo9J7TOmOUHTvy_63klL2tgzOtVe4_lqDV4JjBAsVE9eSCt7v971CySN1ud1dFXodpmEpSN-qXyl0s70Sr-PpA6jceu0lypSpP89PcJRTGAyLSpZPNgS7YApY8-vW5dk8jV-8Wxw/s1600-h/Cover+DPK+Oke+31aa+okt.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 98px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2ZqqqRo9J7TOmOUHTvy_63klL2tgzOtVe4_lqDV4JjBAsVE9eSCt7v971CySN1ud1dFXodpmEpSN-qXyl0s70Sr-PpA6jceu0lypSpP89PcJRTGAyLSpZPNgS7YApY8-vW5dk8jV-8Wxw/s200/Cover+DPK+Oke+31aa+okt.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5285522777906821490" /></a><br />Penulis: YAYA MULYANA dan AGUS DERMAWAN</a><br /><br />Peluncuran Buku dilaksanakan di Penang Bistro, 30 Desember 2008. Oleh Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Departemen Kelautan dan Perikanan (Bp. M. SYAMSUL MAARIF). Ulasan dan pembahasan buku oleh Bp. Hajim Jalal dan Bp. Effendy A. Sumardja. Moderator: Rianny Djangkaru. Hadir pada acara tersebut keluarga besar Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut, Keluarga Besar COREMAP II, Sesditjen KP3K, Dit. Kelautan dan Perikanan Bappenas, Para Direktur Lingkup KP3K, Ditjen terkait lingkup DKP, Ditjen PHKA Dephut, Wartawan Media Cetak dan Elektronik serta para undangan lainnya.<br /><br />Sekapur Sirih Penulis<br /><br />Konservasi kawasan perairan merupakan bagian dari upaya konservasi ekosistem yang ditujukan untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya ikan yang berkelanjutan. Upaya ini memerlukan pendekatan pengelolaan yang lebih spesifik, antara lain, karena terkait dengan dinamika ekosistem perairan yang senantiasa bergerak serta karakteristik biota perairan yang tidak mengenal pemisahan wewenang maupun batas-batas wilayah administrasi pemerintahan. Di lain pihak, efisiensi dan efektivitas pelaksanaan wewenang urusan–urusan pemerintahan di bidang konservasi kawasan dan konservasi jenis ikan berkaitan erat dengan tugas pokok dan fungsi serta kompetensi masing-masing instansi pelaksana mandat.<br /><br />Makna konservasi sumberdaya ikan bukan saja perlindungan semata, namun secara seimbang melaksanakan upaya pelestarian dan pemanfaatan berkelanjutan terhadap sumberdaya ikan. Mengingat harapan pelestarian sumberdaya ikan terletak di jantung kawasan konservasi perairan, Departemen Kelautan dan Perikanan khususnya melalui Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut sejauh ini telah melakukan pembinaan, sosialisasi dan bantuan teknis bagi lembaga/instansi/Dinas Kelautan dan Perikanan, baik kabupaten maupun provinsi, dalam mengembangkan kawasan konservasi perairan di daerah. Di tengah perubahan selama satu dekade terakhir, terutama menyangkut otonomi daerah dan tuntutan partisipasi masyarakat yang lebih terbuka, upaya-upaya konservasi kawasan perairan tersebut telah mendapat perhatian penuh dari pemerintah daerah dan masyarakat.<br /><br />Buku ini disusun untuk memberikan gambaran tentang upaya-upaya konservasi sumberdaya ikan yang telah dilakukan utamanya terkait tugas pokok dan fungsi Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut. Buku ini diawali dengan catatan kecil tentang bagaimana menjaga laut demi masa depan, bukan hanya untuk anakcucu, tetapi sekaligus menjaga kelangsungan hidup ekosistem dunia, dilanjutkan dengan untaian refleksi kisah konservasi kawasan perairan, memaknai aturan konservasi, upaya harmonisasi konservasi kawasan perairan dan jenis ikan beserta penatakelolaannya, hingga kepada perkembangan konservasi pada masa kini serta diakhiri dengan menatap masa depan konservasi perairan. Beragam upaya dalam mengembangkan perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya ikan, baik di tingkat ekosistem, jenis dan genetik, diharapkan fajar konservasi perairan menjadi makin benderang. Tidak saja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak generasi mendatang atas sumber daya ikan, tetapi juga untuk mencapai kejayaan dan kelestarian wilayah perairan Nusantara.<br /><br />Membaca buku ini, kita seolah menjadi bagian dari perjalanan direktorat konservasi dan taman nasional laut dalam menggagas ide, menuangkan pemikiran dan mencurahkan dedikasi untuk menjawab tantangan pengelolaan sumberdaya ikan yang berkelanjutan bagi generasi mendatang.<br /><br />Akhirnya, Penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT atas terselesaikannya buku ini, tak lupa terimakasih dan memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung mulai dari proses pengumpulan materi, penulisan hingga terselesaikannya buku ini. Semoga buku ini bermanfaat bagi pihak-phak yang membutuhkannya.<br /><br />Pengantar Dirjen KP3K<br /><br />Indonesia merupakan negara kaya dengan berlimpah potensi sumberdaya yang teramat bernilai. Hampir 75 % dari seluruh wilayah Indonesia merupakan perairan pesisir dan lautan. Indonesia adalah negeri kepulauan, negeri bahari dengan 2,7 juta kilometer persegi zona ekonomi eksklusif (ZEE). Perairan laut Indonesia teramat kaya dan beragam sumberdaya hayati. Kondisi ini menempatkan Indonesia pada peringkat ke-2 yang memiliki terumbu karang terluas di dunia setelah Australia. Indonesia juga merupakan pusat segitiga terumbu karang dunia yang dikenal dengan istilah “The Coral Triangle” yang merupakan kawasan dengan tingkat keanekaragaman hayati yang sangat tinggi dengan lebih dari 70 genera dan 500 spesies. The Coral Triangle tersebut meliputi enam negara yaitu Malaysia, Philipina, Timor Leste, Papua Nugini, Indonesia dan Solomon Islands. Posisi ini tentunya membuat terumbu karang Indonesia menjadi jauh lebih penting lagi, karena disamping menjadi sumber penghidupan masyarakat Indonesia juga bagi dunia. <br /><br />Konservasi memegang peranan penting dalam mengimbangi kegiatan ekploitatif maupun terdegradasinya sumberdaya sebagai akibat dari berbagai aktivitas manusia. Upaya konservasi, khususnya sumberdaya ikan pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dengan pengelolaan sumberdaya ikan dan lingkungannya secara keseluruhan. Mengingat karakteristik sumberdaya ikan dan lingkungannya mempunyai sensitifitas yang tinggi terhadap pengaruh iklim maupun musiman serta aspek-aspek keterkaitan ekosistem antar wilayah, maka dalam pengelolaan konservasi sumberdaya ikan harus berdasarkan prinsip kehati-hatian.<br /><br />Komitmen Departemen Kelautan dan Perikanan untuk meningkatkan upaya pelestarian sumberdaya kelautan dan perikanan tidak terlepas dari implementasi misi Departemen Kelautan dan Perikanan untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan berkelanjutan, yang seringkali menimbulkan konflik kepentingan bagi masyarakat dan nelayan yang berada di sekitar wilayah kawasan konservasi. Selain itu, belum efektifnya pengelolaan konservasi perairan serta banyaknya permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaannya menambah keyakinan bahwa pengelolaan perikanan yang berkelanjutan tidak dapat terpisahkan dari manajemen konservasi perairan secara utuh, sehingga harmonisasi program, pembinaan dan peningkatan kapasitas sumberdaya manusia serta kerjasama multipihak menjadi penting.<br /><br />Akhir kata, dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Kami sampaikan selamat dan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya atas terbitnya buku konservasi yang cukup memberi kesan tersendiri, semoga karya berharga ini mampu mengilhami dan memotivasi berbagai pihak dalam konservasi sumberdaya ikan untuk kesejahteraan generasi kini dan mendatang<br /><br />BUKU KONSERVASI KAWASAN PERAIRAN INDONESIA BAGI MASA DEPAN DUNIA selengkapnya silahkan <a href="http://surajis.multiply.com/journal/item/32/Konservasi_Kawasan_Perairan_Indonesia_bagi_Masa_Depan_Dunia"><strong>KLIK DISINI</strong></a>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11380172211722221728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4320535902353226239.post-49062570333183037102008-12-30T13:42:00.000+07:002008-12-31T13:42:47.165+07:00GLOBALISASI PERIKANAN : BERKAH ATAU BENCANA?Berikut artikel dimuat di KORAN TEMPO, 27 des 2008.Moga bermanfaat<br /><br />GLOBALISASI PERIKANAN : BERKAH ATAU BENCANA?<br /> (Catatan Akhir Tahun 2008)<br />Oleh : <br />Arif Satria<br />Direktur Riset dan Kajian Strategis IPB<br /> <br />Tahun 2008 banyak fenomena globalisasi perikanan mengemuka. Berlakunya EPA 1 Juli 2008 lalu membuat bea masuk 51 produk perikanan kita ke Jepang menjadi nol. Semula ini pertanda globalisasi kian menguat. Namun globalisasi perikanan juga ternyata bermasalah. Pertemuan WTO di Jenewa yang gagal juga terkait dengan perikanan. Begitu pula krisis finansial global memporakporandakan perdagangan perikanan. Pertanyaannya: bagaimana dampak globalisasi perikanan terhadap Indonesia?<br /> <br />Globalisasi perikanan memiliki paling tidak tiga isu. Isu pertama adalah globalisasi produksi. Saat ini total produksi perikanan dunia mencapai 145 juta ton, yang masih didominasi perikanan tangkap (64%) dan budidaya (36%). Sumbangan negara sedang berkembang (NSB) terhadap total produksi dunia mencapai 80%, dan terhadap produksi budidaya lebih dari 90%. Bayangkan kontribusi Cina sendiri sudah mencapai 67%. Isu produksi menjadi isu global tatkala semua negara kini merasakan krisis faktor produksi yang sama, seperti krisis energi. Harga BBM yang mencapai lebih dari 140 USD/barel tentu memukul usaha perikanan tangkap. Pauly et.al memprediksi bahwa perikanan dunia telah mengkonsumsi 50 milyar liter bahan bakar atau 1,2% konsumsi dunia untuk menghasilkan 80 juta ton ikan.. Jadi, untuk menangkap satu ekor ikan butuh 0,62 liter BBM. Rasio ikan/liter bahan bakar ini tentu lebih tinggi dari produksi protein hewani lainnya. Di Amerika Serikat, telah dihitung<br />bahwa trawl butuh satu liter BBM/kilogram ikan, sementara gillnet sepertiga liter/kilogram, dan purse seine 0,03 liter/kilogram. Dengan sendirinya trawl dimana-mana diprediksi akan makin menurun. Di Vietnam, pangsa BBM terhadap biaya operasi penangkapan mencapai 52% (trawl), 40% longline, 20% (purese seine). Di Indonesia juga kurang lebih sama. Karena itu, ke depan budidaya akan terus didorong dan dapat melebihi tangkap, seperti sudah ditunjukkan Cina dan Vietnam. Namun diperkirakan tahun 2030 di dunia pun tangkap masih lebih besar (93 juta ton) dan budidaya (83 juta ton). Budidaya menjadi jalan keluar karena semua orang sadar bahwa kini 76% perikanan di dunia sudah dieksploitasi penuh dan lebih. Disini tergambarkan bahwa betapa produksi perikanan suatu negara sudah sangat tergantung dari kondisi sumberdaya ikan dan energi global. Bencana produksi dialami baik NSB dan NM, akibat globalisasi energi dimana BBM menjadi mainan para spekulan internasional.<br />Yang membedakan adalah adaptasinya terhadap faktor eksternal tersebut, yang tentu perikanan NSB lebih lambat dalam menyiasati dan akhirnya kolaps. <br /> <br />Krisis finansial global makin menyengsarakan sektor produksi.Hampir bisa diduga bahwa investasi di sektor perikanan akan menurun. Paling tidak dilihat dari naiknya suku bunga perbankan yang tidak kondusif untuk investasi. Bagi investasi yang menuntut bahan baku impor juga akan terkendala dengan naiknya kurs rupiah yang akhir tahun ini bervariasi Rp 11-13ribu. Kondisi ini mestinya menuntut kita untuk mengembangkan industri perikanan dengan bahan baku lokal dan mendorong tumbuhnya industri pakan.<br /> <br />Isu kedua adalah globalisasi pengelolaan sumberdaya. Baik NSB maupun NM dituntut untuk tunduk pada aturan-aturan internasional tentang bagaimana mengelola sumberdaya supaya lestari, kalau tidak mau dituduh melakukan IUU (illegal, unregulated, unreported) Fishing, termasuk di dalamnya pencurian ikan dan tangkapan yang tidak dilaporkan. Nilai IUU fishing di dunia kini nilainya telah mencapai 15 milyar USD. FAO mencatat sekitar 30% hasil tangkapan ikan-ikan tertentu di dunia tergolong IUU fishing. Di Afrika bisa mencapai 50%. Di UE, IUU masih berlangsung karena bisa menghemat 20% produksi dari pada praktek yang legal. Saat ini Uni Eropa (UE) yang paling gencar membasmi karena ternyata 9% produk impor UE berasal dari IUU fishing. Karena itu EU menerapkan EU Catch Certification Scheme yang akan mengontrol produk-produk ikan yang masuk ke pasar EU. Bagi Indonesia, adanya gerakan anti IUU fishing bisa berkah atau bencana. Berkahnya adalah karena laut kita<br />adalah obyek pencurian ikan. Belum ada angka resmi kerugian kita, tapi tahun 2004, kerugian kita mencapai 1-4 milyar rupiah/kapal/ tahun, dan ada sekitar 1000 kapal yang dapat dikategorikan IUU fishing, sehingga kerugian mencapai 1-4 triliun rupiah/tahun. Nah, bencananya adalah kini kita tak bisa lagi menangkap ikan di laut internasional secara bebas. Kita harus menjadi anggota RFMOs (Regional Fisheries Management Organizations) atau komisi pengelolaan perikanan regional, kalau kita hendak menangkap ikan di wilayah tersebut. Seperti, untuk menangkap tuna di samudera Hindia kita harus menjadi anggota IOTC (Indian Tuna Commission), juga CCSBT (Convention of Conservation for Southers Bluefin Tuna), dan di Pasifik kita harus menjadi anggota WCPFC (Western Central Pacific Fisheries Committee). Kalau kita tidak menjadi anggota RFMOs tersebut maka akan dianggap ilegal, dan produk kita akan diembargo di pasar internasional. Embargo untuk tuna sirip biru kita<br />masih berlaku di Jepang sejak tahun 2005 karena kita tidak menjadi anggota CCSBT. Padahal, spawning ground tuna tersebut ada di wilayah selatan Indonesia, yang mestinya kita berhak atas tuna tersebut. Jepang yang tidak punya akses langsung ke perairan CCSBT maupun IOTC ternyata dominan. Begitu pula UE yang tidak punya akses langsung ke perairan WCPFC juga kuat. Namun kini kita sudah menjadi anggota kedua RFMO tersebut. Ini menunjukkan bahwa pengelolaan perikanan dunia adalah masalah politik internasional, dan tidak hanya masalah teknis. Dan, disinilah NSB menjadi korban. <br /> <br />Isu ketiga adalah globalisasi perdagangan dan isu subsidi. Pada tahun 2007, ekspor produk perikanan dunia mencapai 93 milyar USD dan tumbuh sekitar 9%, dan kontribusi NSB dan NM sama, yakni 50-50. NSB menikmati penerimaan bersih sekitar 25 milyar USD dari ekspornya. Pasar dunia terbesar UE (42.7%), Jepang (15.6%), dan US (15.2%), yang totalnya mencapai 73%. Perdagangan diprediksi terus meningkat seiring tren peningkatan konsumsi ikan/kapita, yang dalam kurun 30 tahun meningkat dari 11,5 kg/kapita/tahun menjadi 17 kg/kapta/tahun. Namun kita saat ini sudah ketinggalan dari Thailand dan Vietnam. Ekspor Thailand sudah lebih dari 4 milyar USD, Vietnam 3,7 milyar USD (2007), dan kita baru sekitar 2,5 milyar USD. Kini UE, Jepang, dan Amerika sama-sama menerapkan syarat yang makin ketat, karena terkait dengan keamanan pangan (food safety). Apakah perdagangan bebas menguntungkan? Pertama, memang NSB punya kesempatan untuk meraih keuntungan dari pasar NM yang<br />makin terbuka. Namun persoalannya bukan relasi antara NSB-NM, tetapi lebih pada NSB-NSB. Bayangkan bila perdagangan bebas terjadi di ASEAN saja, maka sudah diduga pembudidaya ikan patin dan lele akan kolaps karena produk Vietnam yang lebih bersaing. Kedua, keuntungan ekspor NSB hanya akan dinikmati para eksportir atau pengusaha besar. Nelayan dan pembudidaya ikan kecil sebagai pemasok bahan baku akan tetap menikmati harga lokal. Apakah dengan bea-masuk nol persen ke Jepang saat ini nelayan dan pembudidaya ikan juga menikmati kelebihan profit? World Fish (2008) menunjukkan bahwa di Afrika perdagangan perikanan tidak berhubungan dengan kenaikan pembangunan ekonomi dan manusia. <br /> <br />Nah, kini krisis finansial global terjadi dan berdampak langsung pada perdagangan perikanan dunia.Lesunya pasar ekspor di Amerika Serikat dan Eropa tersebut akan menjadikan negara berpenduduk besar menjadi sasaran baru ekspor perikanan. Karena itulah perlu segera diantisipasi fenomena ini melalui instrumen pengendalian impor, seperti peningkatan uji mutu produk, pembatasan pelabuhan masuknya produk impor, dan dalam beberapa kasus perlu pengenaan tarif. Diversifikasi pasar juga sangat penting. <br /> <br />Sementara itu isu subsidi juga mengancam. Menurut APEC (2000) nilai subsidi perikanan di dunia mencapai 12,6 milyar US dolar dan mencakup 70% negara-negara produsen perikanan. Sementara Milazzo (1998) memprediksi sekitar 20,5 milyar US dolar untuk seluruh perikanan dunia. Dan OECD (2003) serta WTO menghitung masing-masing hanya sekitar 5,97 dan 0,82 milyar US dolar. Ini dianggap membahayakan perdagangan bebas dan menyebabkan overeksploitasi. Namun, Marine Resources Assesment Group atau MRAG (2000) mengingatkan bahwa masalah overeksploitasi sumberdaya ikan di NSB ini bukan karena subsidi, tetapi karena lemahnya pengelolaan sumberdaya perikanan. Hal yang sama juga sesuai hasil riset beberapa ilmuwan Jepang di World Fisheries Congress lalu yang melihat subsidi tidak berkorelasi dengan kerusakan sumberdaya. Melihat besarnya masalah kemiskinan nelayan, maka subsidi secara langsung, seperti skim kredit khusus bagi nelayan, tentu masih relevan. Hanya saja,<br />memang subsidi tersebut mesti disertai dengan skema fisheries management yang memadai. <br /> <br />Untuk itu, globalisasi perikanan harus disikapi secara komprehensif dan kritis. Tanpa itu, kita akan terus menjadi korban.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11380172211722221728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4320535902353226239.post-83691909060862924432008-12-30T13:39:00.000+07:002008-12-31T13:39:30.286+07:00Ekonomi Maritim di Ujung GelombangKOMPAS, Sabtu*, 27 Desember 2008<br /><br />Ekonomi Maritim di Ujung Gelombang<br />Sabtu, 27 Desember 2008 | 00:52 WIB<br /><br />*Ester Lince Napitupulu*<br /><br />"Barangsiapa menguasai gelombang, dialah yang akan menguasai <br />perdagangan. Barangsiapa menguasai perdagangan, dialah yang akan <br />menguasai dunia!"<br /><br />Spirit yang melandasi kejayaan Britania Raya sejak berabad-abad lampau <br />tersebut, bagi Laode Masihu Kamaluddin, masih sangat relevan dengan tata <br />ekonomi dunia hari ini. Buktinya? Sekarang pun ada dua gelombang yang <br />masih jadi rebutan: gelombang udara (baca: frekuensi) dan gelombang laut!<br /><br />Indonesia sebagai negara kepulauan, yang sebagian besar wilayahnya <br />berupa laut dan pantai, sudah seharusnya melihat laut sebagai potensi <br />untuk menjadi bangsa yang maju dan disegani.<br /><br />"Bagaimanapun, 90 persen perdagangan dunia masih melalui laut, dan 40 <br />persennya melalui Indonesia," ujar tokoh penggagas terbentuknya <br />Departemen Kelautan dan Perikanan ini.<br /><br />Keyakinan bahwa masa depan ekonomi Indonesia ada di laut itu pula yang <br />mendorong Masihu---begitu ia biasa disapa---mengembang kan gagasan sabuk ekonomi maritim berbasis pulau-pulau kecil dan kota-kota pantai. Konsep yang mengajak pembangunan negara ini berpaling ke laut itu diperjuangkan Masihu sejak ia duduk di kursi legislatif pada kurun 1993-2004 hingga sekarang.<br /><br />Guru besar di Universitas Haluoleo, Kendari, Sulawesi Tenggara, <br />Universitas Islam Bandung, dan Universitas Muhammadiyah Malang ini <br />memanfaatkan berbagai forum ilmiah dan seminar untuk terus menyuarakan gagasannya sebagai ilmuwan. Meskipun Departemen Kelautan dan Perikanan sudah terbentuk, ia belum puas karena spiritnya belum seperti yang diharapkan.<br /><br />Masihu terus berjuang supaya gagasannya tentang sabuk ekonomi maritim <br />berbasis pulau-pulau kecil dan kota-kota pantai itu terwujud. Dia ingin <br />supaya provinsi dan atau kabupaten yang berbasis maritim dengan <br />provinsi/kabupaten yang memiliki daratan luas harus dipisah pola fiskalnya.<br /><br />"Seperti Wakatobi (kabupaten kepulauan di Sulawesi Tenggara), ini tidak <br />akan pernah bisa mengejar ketertinggalan dari yang lain karena <br />perhitungan dana alokasi umum atau DAU berdasarkan luas daratan. Laut <br />tidak diperhitungkan. Dalam konsep pemerintah, yang dimaksud wilayah <br />adalah daratan. Ini merugikan daerah yang lebih luas lautnya," jelasnya.<br /><br />Pembangunan ekonomi maritim yang ia maksudkan di antaranya menyangkut fungsi dari wisata bahari, perikanan, transportasi, dan pengembangan pelabuhan. "Ini harus menjadi kerangka kerja pengembangan ekonomi maritim Indonesia. Ini gagasan awalnya," kata Masihu.<br /><br />Keyakinannya akan potensi laut Indonesia ini karena sumber daya di bawah <br />laut begitu besar dan belum tereksplorasi.<br /><br />"Emas, uranium, dan titanium kita penuh, tapi teknologi kita belum <br />nyampe. Saya orang kimia, jadi paham. Saya sudah tulis itu di buku. <br />Sekarang problemnya masih teknologi saja," ujarnya.<br /><br />*Bersitegang dengan Habibie*<br /><br />Ketika menjadi anggota DPR pada 1997-1999, Masihu pernah berdebat <br />"sengit" dengan BJ Habibie yang saat itu menjadi Menteri Negara Riset <br />dan Teknologi. Masihu memprotes Habibie yang mengagungkan ilmu <br />pengetahuan dan teknologi.<br /><br />Dalam satu persidangan di DPR, tahun 1997, Masihu menguraikan gagasannya tentang sabuk ekonomi maritim berbasis pulau-pulau kecil dan kota-kota pantai. Beberapa bulan kemudian, tak lama setelah Habibie terpilih menjadi wakil presiden, Masihu yang baru pulang dari kunjungan kerja di Yogyakarta mendapat kabar bahwa dirinya dicari BJ Habibie.<br /><br />"Saya sempat takut juga. Saya kira mau dimarahi karena bersitegang di <br />DPR itu. Pas masuk, saya minta maaf kepada Wapres. Tapi di luar dugaan, <br />saya malah disuruh duduk untuk menceritakan kembali gimana konsep <br />membangun ekonomi maritim yang saya maksud," papar Masihu.<br /><br />Habibie lalu meminta Masihu membantu Wapres yang hendak mengembangkan dunia maritim.<br /><br />"Saya kemudian jatuh hati kepada Habibie, dari berhubungan sebuah <br />konsepsi lahir kerja sama. Itu yang membuat saya kagum. Di Indonesia <br />jarang orang seperti itu. Biasanya, kalau kita berbeda pendapat, <br />bermusuhan. Karena itu saya respek, bersahabat. Saya disuruh menulis <br />konsep itu," ceritanya.<br /><br />Gagasan Masihu inilah yang akhirnya bisa mendorong supaya kelautan dan <br />daerah kepulauan diperhatikan. Gagasan itu bahkan telah ia tuangkan <br />dalam bentuk buku, terutama tentang bagaimana mengembangkan perikanan dan kelautan, pulau-pulau kecil, perhubungan, industri kelautan di pelabuhan, pariwisata bahari, hukum laut, sistem pertahanan laut <br />Indonesia, dan pengelolaan kapal-kapal tenggelam.<br /><br />*Belum puas*<br /><br />Meski kini sudah ada Departemen Kelautan dan Perikanan, Masihu merasa <br />wilayah kepulauan dan daerah pesisir masih diabaikan. Dirinya tetap <br />masih memperjuangkan supaya dalam pandangan fiskal harus dibagi dua, <br />untuk daerah yang berbasis lautan luas dan yang berbasis daratan luas.<br /><br />Menurut Masihu, Indonesia merupakan negara kepulauan, tetapi konsepsi <br />kita tidak mencerminkan sebuah pandangan negara kepulauan. Kenyataan ini yang mendorong Masihu untuk kembali memperjuangkan penerapan <br />gagasan-gagasannya itu.<br /><br />Salah satunya, ia berharap terjadi penguatan lembaga Dewan Perwakilan <br />Daerah atau DPD melalui orang-orang yang kelak---pada periode hasil <br />pemilu mendatang--- duduk di dalamnya.<br /><br />Saat ini, Masihu bersama salah satu badan PBB sedang merancang <br />pendidikan politeknik maritim di Sibolga, Sumatera Utara. Politeknik <br />maritim ini sebagai bagian dari konsep sabuk ekonomi maritim berbasis <br />kepulauan yang ia gagas.<br /><br />Mengapa di Sibolga? Sebab, Sibolga adalah bagian dari kota pantai yang <br />mengarah ke Samudra Indonesia. Pada waktu-waktu tertentu, kapal-kapal <br />ikan yang berada di Samudra Indonesia harus mengambil minyak, air, <br />garam, dan lain-lain di Sibolga. Aktivitas ini bisa menggerakkan roda <br />ekonomi wilayah Sibolga dan sekitarnya.<br /><br />"Feeling saya, kalau Indonesia tidak jadi negara maritim, Indonesia <br />tidak bisa maju. Karena daratan kita terbatas dan padat. Adapun laut <br />kita potensinya sangat luas dan belum tergarap dengan baik," kata Masihu.<br /><br />Kecintaan dia pada laut sudah tertanam sejak lama. Dia adalah anak <br />nelayan dari Kaledupa (dulu di Kabupaten Buton, sekarang Kabupaten <br />Wakatobi). Ketika kecil, Masihu hidup di laut, berlayar ke pulau-pulau <br />lain di Indonesia bersama ayah dan keluarganya.<br /><br />"Ilmu kelautan sudah saya tamatkan secara alami ketika masih di sekolah <br />dasar. Saya paham betul bagaimana laut itu dan manfaatnya bagi <br />kesejahteraan bangsa. Semua data tersebut saya punya," ujarnya. (KEN)Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11380172211722221728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4320535902353226239.post-58102813420941324252008-12-30T11:31:00.001+07:002009-01-12T11:38:12.119+07:00SEWINDU Direktorat Konservasi dan Taman Nasional LautKomitmen Departemen Kelautan dan Perikanan untuk meningkatkan upaya pelestarian sumberdaya kelautan dan perikanan tidak terlepas dari implementasi misi Departemen Kelautan dan Perikanan untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan berkelanjutan, yang seringkali menimbulkan konflik kepentingan bagi masyarakat dan nelayan yang berada di sekitar wilayah kawasan konservasi. Selain itu, belum efektifnya pengelolaan konservasi perairan serta banyaknya permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaannya menambah keyakinan bahwa pengelolaan perikanan yang berkelanjutan tidak dapat terpisahkan dari manajemen konservasi perairan secara utuh, sehingga harmonisasi program, pembinaan dan peningkatan kapasitas sumberdaya manusia serta kerjasama multipihak menjadi penting.<br /><br />Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut, sebagai bagian dari pengemban misi Direktorat Jenderal Kelutan, Pesisir dan Pulau-pulau kecil, khususnya dalam Konservasi sumberdaya Ikan. Hal ini tentunya dalam Mewujudkan konservasi sumberdaya ikan dan lingkungannya melalui upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya ikan, termasuk ekosistem, jenis dan genetik dalam rangka menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungan dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragaman sumberdaya ikan (SDI) untuk kesejahteraan masyarakat.<br /><br />Direktorat konservasi merupakan direktorat Bungsu di Ditjen KP3K, direktorat ini hadir satu tahun belakangan dibanding dengan direktorat lain di Ditjen KP3K, karenanya jika tahun lalu keluarga besar Kita merayakan SEWINDU Ditjen KP3K, maka khusus direktorat KTNL baru tahun ini mencapai usianya yang SEWINDU. Namun demikian, dalam refleksi pelaksanaan SEWINDU Ditjen KP3K, tercatat cukup banyak capaian-capaian dari Direktorat KTNL yang memberikan pengaruh besar bagi perkembangan kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil.<br /><br />Kita ambil contoh, PP 60 tahun 2007 adalah salah satu bukti kerja keras Direktorat KTNL dalam mengemban fungsinya dalam konservasi sumberdaya ikan. Adanya Permen 17/2008 juga turut mewarnai perkembangan kebijakan kawasan konservasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Dalam pengembangan KKLD, hasil yang di capai juga cukup menggembirakan. Saat ini telah dicadangkan lebih dari 9 Juta KKLD di 32 Kabupaten/kota. Untuk mencapai 10 Juta Hektar pada tahun 2010 diperkirakan akan tercapai dengan baik.<br /><br />Kemudian sebagaimana amanat PP 60/2007, sebagai langkah tindaklanjut pelaksanaan peraturan tersebut menuntut tugas pokok dan fungsi yang lebih luas dari Departemen Kelautan dan Perikanan dalam implementasi sebagai management authority CITES di Indonesia untuk Sumberdaya Ikan. Ini mendorong penguatan dan pengembangan kelembagaan lingkup Ditjen KP3K, berupa pembentukan UPT maupun peningkatan upaya sinkronisasi dan penyelarasan urusan konservasi dengan berbagai instansi, seperti departemen kehutanan. <br /><br />Mengingat sedemikian besarnya tugas, pokok dan fungsi direktorat KTNL terkait dengan sumberdaya ikan, maka ke depan tantangan kedepan tidaklah semakin mudah. untuk intu, perlu kerja keras dan terus mengembangkan diri dalam koordinasi yang sinergis.<br /><br />Dalam peringatan sewindu Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut, diluncurkan buku: Konservasi Kawasan Perairan Indonesia bagi Masa Depan Dunia. uraian mengenai kinerja direktorat, dirangkum dalam buku "menjaga Kelestarian Sumberdaya Ikan dan Ekosistem Perairan".<br /><br />Sambutan Dirjen KP3K silahkan <a href="http://images.surajis.multiply.com/attachment/0/SWLbYwoKCDAAACZiLos1/004ARAHAN_DIRJEN_KP3K_launching_buku_konservasiY1.pdf?nmid=161729181"><strong>KLIK DISINI</strong></a>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11380172211722221728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4320535902353226239.post-43040146304791430182008-12-26T13:51:00.000+07:002009-01-12T13:53:08.751+07:00Pemerintah Perhatikan Daerah Pesisirsumber: <a href="http://republika.co.id/koran/0/22611.html">http://republika.co.id/koran/0/22611.html</a><br />Jumat, 26 Desember 2008 pukul 08:40:00<br />Pemerintah Perhatikan Daerah Pesisir Pulau terluar rawan diklaim pihak lain. <br /><br /><br />GRESIK--Pemerintah Indonesia memberikan atensi yang tinggi terhadap pemberdayaan di pesisir. Menurut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kalau wilayah pesisir tidak diberdayakan, akan berbahaya dan akan hilang.<br /><br />Hal tersebut disampaikan Presiden SBY dalam sambutannya pada acara puncak Peringatan Hari Nusantara Ke-9 Tahun 2008 di Pelabuhan Umum Gresik, Rabu (24/12). Presiden mengingatkan, pada kasus Pulau Ligitan dan Sipadan, di mana Pemerintah Indonesia akhirnya tidak bisa mempertahankan pulau itu karena Malaysia selalu memberdayakan wilayah tersebut. SBY meminta agar bangsa Indonesia lebih pandai dalam mengelola dan mengawasi pulau-pulau terdepan. Karena itu, pemerintah mengembangkan kebijakan dan program khusus untuk pulau-pulau terdepan. <br /><br />"Mari, kita tingkatkan pengelolaan perikanan kita, sistem, metode, dan infrastruktur. Mari, lanjutkan pembangunan di daerah yang memiliki wilayah lautan dan pesisir. Mari, terus bantu tingkatkan taraf kehidupan nelayan dan masyarakat pesisir dan dukung perguruan tinggi dan lembaga pendidikan untuk betul-betul bisa mendorong dan mempercepat perkembangan sektor ini," paparnya.<br /><br />Ditegaskannya, Pemerintah Indonesia telah melakukan pendataan pulau-pulau terluar yang tersebar di wilayah Indonesia. Pada 2005, jumlah pulau yang terdata berjumlah 5.029 pulau. Tahun 2006, sebanyak 3.826 pulau. Dan, pada 2007 sampai Agustus, tercatat 4.921 pulau. "Pulau ini akan didaftarkan. Sebab, jika tidak didata, akan rawan dan rentan diklaim negara lain," imbuh Presiden. <br /><br />Selain itu, SBY berharap pada masyarakat, khususnya yang menerima bantuan, agar semua bantuan yang diserahkan dapat digunakan dengan sebaik-baiknya. "Infrastrukturnya tolong dirawat dengan baik. Sarana pelayaran, seperti kapal-kapal, peliharalah dengan sebaik-baiknya. Karena, anggaran negara yang kita gunakan tidak sedikit," ujarnya.<br /><br />Presiden berpesan agar seluruh komponen bangsa, baik generasi saat ini maupun yang akan datang, untuk terus mempertahankan, mengamankan, menjaga, serta mengembangkan sumber daya-sumber daya yang dimiliki, baik itu sumber daya alam maupun sumber daya manusia. "Mari, kita bangun dan kita kembangkan sumber daya alam yang banyak sekali. Demi kesejahteraan rakyat kita, tepat kiranya ke depan ini, pembangunan di Indonesia harus bersama-sama secara seimbang menggunakan dan mendayagunakan sumber daratan dan sumber kelautan," katanya.<br /><br />Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal yang hadir di acara itu menegaskan, berkat Deklarasi Djuanda, Indonesia memiliki wilayah laut yang sangat luas. "Luas laut sekitar tiga perempat dari keseluruhan wilayah Indonesia. Sebelumnya, masyarakat internasional mengakui bahwa batas laut teritorial selebar tiga mil laut terhitung dari garis pantai terendah," ujarnya.<br /><br />Deklarasi Djuanda menyatakan bahwa segala perairan yang ada di sekitar, di antara dan yang menghubungkan pulau-pulau termasuk dalam daratan Republik Indonesia, dengan tidak memandang luas dan lebarnya, adalah bagian yang wajar dari wilayah daratan RI dan merupakan bagian dari perairan pedalaman atau perairan nasional yang berada di bawah kedaulatan RI.<br /><br />Usai memberikan sambutan, Presiden menandatangani prasasti sebagai tanda pengoperasian empat unit kapal perintis. Kapal-kapal tersebut, antara lain satu unit KM Papua Enam tipe 350 DWT untuk wilayah Merauke, Provinsi Papua; satu unit KM Bukit Patung tipe 350 DWT untuk wilayah Sukamara, Provinsi Kalimantan Tengah; satu unit KM Tanjung Tungkar tipe 750 DWT untuk wilayah Tual, Provinsi Maluku; dan satu unit KMP Egrom kapal feri 500 GT untuk operasi wilayah Saumlaki, Provinsi Maluku. tok<br /><br />(-)Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11380172211722221728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4320535902353226239.post-40623013835105013192008-12-18T16:35:00.000+07:002008-12-23T16:37:45.884+07:00Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.16/MEN/2008 Tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecilbahwa guna menjamin terselenggaranya pengelolaan wilayah<br /><br />pesisir dan pulau-pulau kecil secara lestari yang berwawasan<br /><br />global serta bermanfaat bagi kemakmuran rakyat dengan tetap<br /><br />memperhatikan aspirasi dan partisipasi masyarakat serta tata nilai<br /><br />bangsa yang berdasarkan norma hukum nasional, maka sebagai<br /><br />tindaklanjut Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor 27 Tahun<br /><br />2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil<br /><br />dipandang perlu menetapkan Perencanaan Pengelolaan Wilayah<br /><br />Pesisir dan Pulau-pulau Kecil;<br /><br />bahwa untuk itu perlu ditetapkan dengan Peraturan Menteri;<br /><br />Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.16/MEN/2008 Tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil selengkapnya, silahkan <a href="http://surajis.multiply.com/journal/item/30/Peraturan_Menteri_Kelautan_dan_Perikanan_Nomor_PER.16MEN2008_Tentang_Perencanaan_Pengelolaan_Wilayah_Pesisir_dan_Pulau-Pulau_Kecil">KLIK DISINI</a>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11380172211722221728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4320535902353226239.post-4594385557674527312008-11-03T10:28:00.002+07:002008-11-11T10:43:05.387+07:00PAMERAN TERUMBU KARANG<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQG2Bzs45p0CJ5XY2AsklE3yojenBHNFYnHgrjbUpuWje4tCBl-IWG84AdZV5BpOvZeCJpOomiQoNxLPRBMZujShwc_elASCWSKJ8cNdiH1199P4ZvS83XV4jVPjaqjU9yTUjQM5K8z7I3/s1600-h/poster+pameran+ijo.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 283px; height: 400px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQG2Bzs45p0CJ5XY2AsklE3yojenBHNFYnHgrjbUpuWje4tCBl-IWG84AdZV5BpOvZeCJpOomiQoNxLPRBMZujShwc_elASCWSKJ8cNdiH1199P4ZvS83XV4jVPjaqjU9yTUjQM5K8z7I3/s400/poster+pameran+ijo.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5267239410896082674" /></a><br />It's Umbu Time<br />celebrated to IYOR 2008Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11380172211722221728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4320535902353226239.post-52769792256102328122008-11-03T10:15:00.001+07:002008-11-11T10:27:31.003+07:00DUTA KARANG<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHMT6m-lHw5H2OfDX8sttsZphTr9xZ1b18W-dPpASIzlctIlKqruv8hKG2RQ8Wc5_r-P46wW1ixB9skq_qpG0GBSCPuUOyfIdmWA3iuPrlWT0S8j9LBIUZSr46job3cc_k2jFO_TZmVjId/s1600-h/poster+dukar+biru.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 283px; height: 400px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHMT6m-lHw5H2OfDX8sttsZphTr9xZ1b18W-dPpASIzlctIlKqruv8hKG2RQ8Wc5_r-P46wW1ixB9skq_qpG0GBSCPuUOyfIdmWA3iuPrlWT0S8j9LBIUZSr46job3cc_k2jFO_TZmVjId/s400/poster+dukar+biru.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5267236366217949362" /></a><br />It's Umbu Time<br />celebrated to IYOR 2008Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11380172211722221728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4320535902353226239.post-88616192141464937082008-11-03T09:51:00.001+07:002008-11-11T10:15:04.264+07:00CERDAS CERMAT<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbEC3oK4s47etWm2qDULKZw6M6tRZ2rYqYEE8mqVJY-C7yoHmaalklh-cFgNzA8YpAUh2Q0J4v9Kt8uAhjlHgisn3hE3eL31dEsOwEZ1iExNKX-WP2hCakFcirZlybO_Pr2mJla7t_d7d_/s1600-h/poster+cerdasmat+coklat.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 283px; height: 400px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbEC3oK4s47etWm2qDULKZw6M6tRZ2rYqYEE8mqVJY-C7yoHmaalklh-cFgNzA8YpAUh2Q0J4v9Kt8uAhjlHgisn3hE3eL31dEsOwEZ1iExNKX-WP2hCakFcirZlybO_Pr2mJla7t_d7d_/s400/poster+cerdasmat+coklat.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5267230276175335186" /></a><br />It's Umbu Time<br />celebrated to IYOR 2008Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11380172211722221728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4320535902353226239.post-84266883093423195422008-10-10T16:32:00.000+07:002008-12-23T16:35:24.302+07:00Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.17/MEN/2008 tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecilbahwa sebagai tindak lanjut Pasal 28 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, maka dipandang perlu untuk mengatur Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.<br /><br />bahwa untuk itu perlu ditetapkan dengan Peraturan Menteri.<br /><br /><br />Pada tanggal 17 September 2008 telah di tetapkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.17/MEN/2008 tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. <br />Peraturan menteri tersebut, selengkapnya silahkan <a href="http://surajis.multiply.com/journal/item/23/Peraturan_Menteri_Kelautan_dan_Perikanan_Nomor_PER.17MEN2008_tentang_Kawasan_Konservasi_di_Wilayah_Pesisir_dan_Pulau-Pulau_Kecil">KLIK DISINI</a>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11380172211722221728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4320535902353226239.post-67318316798686169352008-08-31T11:00:00.000+07:002008-12-31T11:00:38.221+07:00Hari Libur dan Cuti Bersama Tahun 2009LAMPIRAN KEPUTUSAN BERSAMA<br />MENTERI AGAMA, MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI,<br />DAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA<br />REPUBLIK INDONESIA<br />NOMOR : 4 TAHUN 2008<br />NOMOR : KEP. 115/ MEN/VI/2008<br />NOMOR : SKB/06/M.PAN/6/2008<br />TENTANG<br />HARI-HARI LIBUR NASIONAL DAN CUTI BERSAMA TAHUN 2009<br />A. HARI LIBUR TAHUN 2009<br />No Tanggal Hari Keterangan<br />1. 1 Januari Kamis Tahun Baru Masehi<br />2. 26 Januari Senin Tahun Baru Imlek 2560<br />3. 9 Maret Senin Maulid Nabi Muhammad SAW<br />4. 26 Maret Kamis Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1931<br />5. 10 April Jum’at Wafat Yesus Kristus<br />6. 9 Mei Sabtu Hari Raya Waisak Tahun 2553<br />7. 21 Mei Kamis Kenaikan Yesus Kristus<br />8. 20 Juli Senin Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW<br />9. 17 Agustus Senin Hari Kemerdekaan RI<br />10. 21-22 September Senin-Selasa Idul Fitri 1 Syawal 1430 Hijriyah<br />11. 27 November Jum’at Idul Adha 1430 Hijriyah<br />12. 18 Desember Jum’at Tahun Baru 1431 Hijriyah<br />13. 25 Desember Jum’at Hari Raya Natal<br />B. CUTI BERSAMA TAHUN 2009<br />Tanggal Hari Keterangan<br />2 Januari Jum’at Cuti Bersama Tahun Baru Masehi<br />18 September Jum’at Cuti Bersama Idul Fitri<br />23 September Rabu Cuti Bersama Idul Fitri<br />24 Desember Kamis Cuti Bersama Natal<br />Ditetapkan di : Jakarta<br />pada tanggal : 9 Juni 2008<br />MENTERI AGAMA<br />ttd<br />MUHAMMAD M. BASYUNI<br />MENTERI TENAGA KERJA DAN<br />TRANSMIGRASI<br />ttd<br />ERMAN SUPARNO<br />MENTERI NEGARA<br />PENDAYAGUNAAN<br />APARATUR NEGARA<br />ttd<br />TAUFIQ EFFENDIAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/11380172211722221728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4320535902353226239.post-37808109233876371682008-05-08T16:57:00.000+07:002008-05-08T17:25:25.992+07:00Komodo - Conservation Managersource: Peter J. Mous<br /><br />PT. Putri Naga Komodo<br />Conservation Manager<br /><br />PT. Putri Naga Komodo (PNK) is part of Komodo Collaborative Management Initiative established<br />to support the 25-year management plan of Komodo National Park (KNP) and World Heritage<br />Area developed by the Government of Indonesia with the assistance of The Nature Conservancy.<br />The Conservation Manager will be responsible for recommending and reviewing applicable<br />conservation policies, related procedures, guidelines and objectives, and providing technical<br />advice to the broader program as a whole. S/he will oversee the following functions: marine and<br />terrestrial conservation, science, biological and socioeconomic monitoring, program evaluation,<br />grant writing, donor reporting and capacity building across the program. S/he will assist with<br />programmatic and strategic planning, the development of detailed annual work plans and<br />budgets, and the alignment of PNK’s conservation work with the KNP 25-year management plan.<br />S/he will supervise the Science and Monitoring Coordinator and Resource Protection Officer, and<br />reports to the Managing Director. The position is based 100% in Labuan Bajo, Flores, with<br />frequent travel to the Bali office.<br />Job Requirements<br />1. Masters or PhD degree in Marine, Fisheries or Environmental Science and/or Management.<br />2. At least 10 years working experience in marine conservation and management. Experience<br />working in Indonesia or Southeast Asia, particularly in remote locations in an advantage.<br />3. Demonstrated ability to design and implement strategies and procedures to enhance the<br />overall performance of the program in accordance with short- and long-term conservation<br />goals and objectives.<br />4. Demonstrated ability to motivate, lead and coordinate, set objectives, and manage the<br />performance of a small but highly creative team, with different capacity and skills.<br />5. Capable of balancing many different and sometimes conflicting factors and issues when<br />making decisions, and responding quickly, efficiently and effectively to issues that might have<br />financial and/or legal impacts on the organization, or are potentially detrimental to the Park.<br />6. Sound knowledge and understanding of organizational structure and systems, financial<br />procedures and reports.<br />7. Ability to maintain confidentiality and demonstrate sensitivity and discretion with all aspects of<br />work.<br />8. Willing to work independently and under pressure in some work periods, flexible hours and<br />willing to travel to and work regularly in the field.<br />9. Ability to develop and nurture partnerships with government officials, private sector, local<br />NGOs, communities and civil society, and conduct training and capacity building of a range of<br />stakeholders.<br />10. Preference will be given to candidates with excellent oral and written communication skills in<br />Bahasa Indonesia and English.<br />11. Position is available to both national and international applicants.<br />The extended deadline for applications is Saturday, 31 May 2008. If you have any specific<br />questions about the position please contact Dr. Sangeeta Mangubhai:<br />sangeeta@putrinagakomodo.com<br />Applicants should send their CV (with 3 nominated referees) and a letter addressing the criteria<br />above, to the PNK Human Resources Manager, Mr. Bambang Wijarnako:<br />bambang@putrinagakomodo.comAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/11380172211722221728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4320535902353226239.post-16412358361639509322008-04-09T18:14:00.005+07:002008-04-09T18:29:09.390+07:00Competition of Coral Reef Digital Poster on DEEP Indonesia 2008<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXDyTeJQKRnGTsiFZyvHeBtMyuJDQhTZmBdATannUWdQbzi7dF-EXa2scBVo-WCGD4UgO1outxxAgqODrRayWX84aZDDrqRWoi1TOFUvy059Nu7ovDV7TWDEDz9r4JArwvFPLbmspHkzMs/s1600-h/Posters+Winner.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXDyTeJQKRnGTsiFZyvHeBtMyuJDQhTZmBdATannUWdQbzi7dF-EXa2scBVo-WCGD4UgO1outxxAgqODrRayWX84aZDDrqRWoi1TOFUvy059Nu7ovDV7TWDEDz9r4JArwvFPLbmspHkzMs/s400/Posters+Winner.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5187205536444450962" /></a><br /><blockquote><strong>Competition of Coral Reef Digital Poster on DEEP Indonesia 2008<br />“The beauty of Coral should be protected”</strong></blockquote><br /><br />COREMAP II is an initiative of Indonesian Government on Coral Reef Conservation and Rehabilitation. The objective of the program is viable framework on coral reef management and rehabilitation in selected program’s sites. On of the program’s sub-components is Public Awareness which aims to support behavioral change for sustainable coral reef co-management through provision of public awareness activities. Toward this objective, the program in collaboration with DEEP Indonesia 2008 Organizer and Indonesian Forum Design and Graphic (FDGI) is doing Competition on coral reef Digital Poster for Students as one of the communication strategy. <br /><br />Digital Poster is effective communication medium to deliver a clear short message and impressive because it will be displayed on the large size media in digital format which is ease to be scanned to manual. <br /><br />The objective of the competition is to communicate the idea and to building community awareness to participate on coral reef conservation and campaigning about against destructive fishing practices. <br /><br />The competition as held on last week of March ’08 as one of DEEP Indonesia ’08’s event. There were 250 posters submitted to FDGI as a committee. The committee was selected six best posters as winners. The winning posters are:<br /><br />- 1st Julius Tomo Ishak (University of Pelita Harapan)<br />- 2nd Monica Octaviani (Universty of Bina Nusantara)<br />- 3rd Fernand Sulaiman (University of pelita Harapan)<br />- 4th Renny Sartika (University of Bina Nusantara)<br />- 5th Putri Regina (University of Bina Nusantara)<br />- 6th Monique Rizki Divita (University of Bina Nusantara)<br /><br /><br />This competition is getting public attention especially who coming to the exhibition. Ministry of Marine Affairs and Fisheries impressed the result and decided to publish the posters widely. It was a part of Indonesian event on International Year of The Reef activities.<br /><br />by: Leonas Chatim and Suraji - Coremap IIAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/11380172211722221728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4320535902353226239.post-49762041104181185352008-04-02T18:13:00.003+07:002008-04-02T18:44:32.443+07:00"Melestarikan Terumbu Karang" menjadi tema Let's go Green (Live on Metro TV 2 April 2008)Tema acara Let's go Green pada hari Rabu, 2 April 2008 pukul 16.05 - 16. 30 WIB cukup lekat dengan aktivitas yang selama ini dilakukan oleh Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang (COREMAP II. ya... tema itu adalah "melestarikan terumbu karang". acara yang dipandu oleh Sdri. Chandra Dewi tersebut menghadirkan dua narasumber, yaitu: Bpk. M. Eko Rudianto (Project Manager COREMAP II) dan Bpk. Darmawan (Xnet).<br />Pembicaraan yang cukup hangat tersebut, mencatat beberapa point penting yang sempat penulis tangkap antara lain:<br />- Kondisi terumbu karang yang cukup buruk di Indonesia telah mengalami sedikit perbaikan ke arah yang lebih baik (terutama di wilayah Indonesia Bagian Barat)<br />- Dalam jangka panjang, program yang secara konsisten dijalankan mampu mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap terumbu karang, memberikan peluang mata pencaharian alternatif, yang pada akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.<br />- kampanye dan/atau sosialisasi pengelolaan terumbu karang diarahkan kepada tiga level audience, yaitu (1) penentu kebijakan (berupa penguatan kapasitas, workshop, pedoman, audiensi dll); (2) masyarakat di lokasi program (pendampingan, pelatihan, pondok informasi, pembinaan kelompok, pengelolaan berbasis masyarakat); (3) masyarakat pada umumnya (media cetak, televisi, pameran, acara pemuda dan anak-anak, dll)<br />- kampanye dalam bentuk pameran seperti Deep Indonesia 2008(28-30 maret 2008) cukup efektif untuk mensosialisasikan program, demikian pula acara let's go green<br />- pameran Deep Indonesia jika dilihat dari antusiasme masyarakat dan stakeholder yang terlibat menunjukkan peningkatan yang cukup bagus dan diharapkan dapat menjadi ajang promosi pariwisata bahari. contohnya, kabupaten Raja ampat dan Wakatobi (keduanya merupakan lokasi coremap II) cukup aktif dalam promosi untuk menggalang investor pariwisata. Tidak kalah pentingnya pula bagi peserta pameran untuk meningkatkan potensi bisnis traveling, wisata bahari dan bawah airnya.<br />- kenapa lets go green.... ya, kerusakan terumbu karang pada gilirannya juga sangat dipengaruhi oleh aktivitas di daratan, seperti pencemaran, erosi dan sedimentasi akibat penggundulan hutan dan lain sebagainya. memang, cukup erat hubungan darat dan laut... lets go green... go blue<br />Tahun 2008 ini merupakan tahun terumbu karang internasional. pada akhir dialog, narasumber mengajak seluruh kalangan dan stakeholder terkait untuk bersama-sama mengkampanyekan pelestarian terumbu karang. Mari lestarikan terumbu karang " terumbu karang sehat, ikan berlimpah, masyarakat sejahtera"...Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11380172211722221728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4320535902353226239.post-3591890650268071712008-04-02T10:40:00.006+07:002008-04-10T16:25:32.208+07:00Indonesia's International Year of The Reef 2008 was LaunchedIndonesia's International Year of The Reef campaign was officially launched in "Deep Indonesia 2008" at Jakarta Convention Center on Friday March 28, 2008.Indonesia's IYOR 2008 launch by Mr. Syamsul Ma'arif (Director General of Marine Affairs, Coasts and Small Island)on behalf of the Minister of Marine Affairs and Fisheries. Through the enthusiasm of the Coral Reef Rehabilitation and Management Program (COREMAP), The Minister very much hope that with the full support and cooperation of all stakeholders and the wider community, this International Year of the Reef will be a great success<br />The Indonesia's IYOR Feature Presentation, please see the video below:<br />if you dont see anything, please <a href="http://surajis.multiply.com/video/item/2/Indonesias_International_Year_of_The_Reef_2008_was_Launched">click here</a><br /><OBJECT class=BLOG_video_class id=BLOG_video-2e8acb71b3993da1 height=266 width=320 contentId="2e8acb71b3993da1"></OBJECT>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11380172211722221728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4320535902353226239.post-26347855409571901252008-03-26T18:09:00.003+07:002008-03-26T18:21:31.270+07:00KUNJUNGI Stand COREMAP II dalam Deep Indonesia 2008<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCuhYDvOdWNVKKH6AoJmRrh9nS6lHtvRjC3GTyKAdVibSRGJ2neYVlH__zZEAW81AiuepgTMl_lTioVb46gwzo6SfwfXaYeL4fR80mWwxK_yEoSJW9ZRvF38-Gc9I9bRkdjg_kVHOy9QqS/s1600-h/hadiri-deep-indonesia.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCuhYDvOdWNVKKH6AoJmRrh9nS6lHtvRjC3GTyKAdVibSRGJ2neYVlH__zZEAW81AiuepgTMl_lTioVb46gwzo6SfwfXaYeL4fR80mWwxK_yEoSJW9ZRvF38-Gc9I9bRkdjg_kVHOy9QqS/s400/hadiri-deep-indonesia.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5182007973181261954" /></a><br />COREMAP II berpartisipasi dalam Pameran bawah laut TERBESAR di Indonesia "Deep Indonesia 2008", di Jakarta Convention Center, 28-30 Maret 2008. dalam Pameran ini, secara RESMI International Year of the Reef 2008 (IYOR 2008) di Indonesia di LUNCURKAN. Booth COREMAP II menempati stand Kavling A7.<blockquote></blockquote>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11380172211722221728noreply@blogger.com0